WANITA KUAT ITU

Jauh sebelum sahur, biasanya kaum ibu telah mempersiapkan segalanya sebagai santapan seisi rumah. Walaupun hanya menghangatkan lauk dan menyajikan. Ini tentu bukan pekerjaan yang ringan. Setelah itu, mereka juga yang membereskan bekas makan, bahkan tak jarang mencuci dan menyusun perabot makan.

Walaupun anak-anak diajarkan ikut bertanggung jawab urusan rumah tangga, ibu-ibu tetap saja orang nomor wahid yang pontang-panting memikirkan tetek bengek kebutuhan rumah tangga.

Pagi-pagi biasanya adalah waktu kiamat.  Ibu-ibu turut andil membantu persiapan anak sekolah dan suami yang akan bekerja. Belum lagi dengan kebutuhan dirinya sendiri. Ibu-ibu yang juga  bekerja harus ekstra punya waktu untuk persiapan ke kantor.

 Ibu-ibu rumah tangga lebih sibuk lagi. Setelah seisi  rumah beraktivitas di luar, ia segera terjun pada rutinitas keseharian, bertemu dengan cucian, jemuran, masakan,  pembersihan, dan lain-lain.

Kerja kaum ibu nyaris 24 jam. Kaum ibu tak mau menampakkan kelelahannya. Bahkan, tak jarang mereka pandai berbohong. Jika ikan cuma sedikit, ibu membagi rata kepada suami dan anak-anak mereka. "Untuk ibu mana?" Tanya salah seorang anak mereka. "Ibu sudah makan, Nak. Tadi sambil menggoreng, sambil makan."

Ibu-ibu yang cerdas dan ikhlas dijumpai di berbagai belahan bumi. Tak heran jika Rosulillah Saw memuji dan membela kaum ibu. Bahkan, di zaman Rosul pun banyak sekali kaum wanita yang menggadaikan nyawanya karena cintanya kepada Rosul Saw.Sebut saja Ummi Umarah. Ketika perang Uhud, dialah yang menjadi salah satu penjaga Rosul Saw. Saat para sahabat turun ke lembah Uhud, Ummu Umarah mengangkat pedang dan menjadi tameng Nabi. Ia rela terkena sabetan pedang dan tombak hingga tubuhnya berlumuran darah.

 Waktu terjadi perang Khandaq, Sofiah, bibi Nabi Saw berada di tempat persembunyian bersama beberapa perempuan dan anak-anak. Terdengarlah seorang Yahudi yang menyelusup dan akan membocorkan tempat persembunyian mereka ini kepada musuh.

 Sementara hanya Hasan bin Tsabit, satu-satunya lelaki yang menjaga tempat persembunyian itu. Sofiah menyuruh Hasan membunuh lelaki itu, tetapi Hasan tidak berani. Sofiah lalu keluar, mengambil kayu panjang, dan berhasil melumpuhkan musuh.

 Di tengah kehidupan kita yang damai ini perjuangan belum selesai. Berjuang kali ini bukan dengan tombak, panah, bambu runcing, senapan, atau bom. Negeri yang damai ini membutuhkan kaum wanita yang cerdas, berani, lagi santun, sehingga melahirkan cikal bakal calon pemimpin yang handal, tidak hanya sehat jasmani karena diberi makanan bergizi, tetapi juga memiliki hati karena selalu diberi nutrisi. (*)  

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan