Deteksi Dini Kanker Serviks Lebih Akurat dengan  AI

PALEMBANG- Di Indonesia khususnya pada 2020, insidensi kanker serviks mencapai 36 ribu dengan kematian 20 ribu perempuan. Artinya, lebih dari separuh penderita meninggal di usia produktif yang akan menurunkan kualitas hidup perempuan Indonesia karena kanker serviks.

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Onkologi sekaligus penanggung jawab pelayanan dan pengembangan KSM Obgyn KSM Obgyn Rumah Sakit dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang DR.dr. H.Patiyus Agustiansyah, Sp.OG, Subsp. Onk, MARS mengatakan, sampai saat ini kanker serviks masih menjadi beban dunia dengan angka insidensi dan kematian yang tinggi. “Setiap dua menit ada satu perempuan di dunia yang meninggal akibat kanker serviks,” tukasnya seraya menyebut kanker serviks di Indonesia angka kejadian dan angka kematian masih tinggi sekali.

Baca Juga : Pengguna Aplikasi ini Bisa Dapat Saldo DANA Rp 500 Ribu, Cairnya Cepat

Katanya, di Indonesia kasus kanker serviks justru yang terkena wanita usia produktif, usia angkatan kerja."Ini berbahaya untuk generasi kita karena pada saat mereka harusnya produktif, justru terkena kanker kan kualitas hidupnya turun,"ucap ayah tiga anak ini.

Seharusnya kata, dr Patiyus, kasus kanker serviks tersebut bisa dicegah karena penyebabnya ada infeksi virus. "Melalui pemeriksaan skrining kanker servik seperti paps smear, PCR HPV dan IVA secara rutin pada perempuan yang kontak seksual aktif,"jelasnya. Baca Juga : Wajib Dicoba, Dokter Sheila Asal Oku Timur Beri Tips Hindari Pedofil

Lanjutnya, di Indonesia program skrining adalah Inspeksi Visual Asetat (IVA) karena murah, mudah dan bisa dilakukan massal. Namun, akurasi pemeriksaan IVA rendah antara 40-90 persen karena subjektifitas pemeriksaan dan cakupan skrining sampai saat ini jauh dari target WHO. "Indonesia baru 7 persen sedangkan target WHO 70 persen untuk perempuan yang kontak seksual. Untuk itu perlu teknologi berbantu komputer untuk meningkatkan akurasi dan mengurangi subjektifitas pemeriksaan IVA ini,"katanya.

Penelitian ini mengembangkan model Otomatisasi Pemeriksaan IVA (OTIVA) berdasarkan pendekatan Artificial Intelligence (AI) komputer. Komputer dilatih untuk bisa membedakan pemeriksaan IVA positif dan negatif setara dengan hasil pemeriksaan ahli Onkologi ginekologi, sehingga tenaga kesehatan seperti bidan dan perawat bisa melakukan pemeriksaan IVA secara otomatis bisa menentukan IVA positif dan negatif dengan teknologi ini. Baca Juga : Waspadai Trik Penipuan Kartu Prakerja 2023, Pendaftar Wajib Tahu

"Sehingga akurasi pemeriksaan IVA menjadi lebih baik dan dapat mendeteksi lesi prakanker serviks lebih awal yang pada akhirnya dapat mencegah perempuan Indonesia terkena kanker serviks yang sangat sulit diobati, menurunkan kualitas hidup perempuan Indonesia dan memiliki kematian yang tinggi,"jelasnya lagi.

Penelitian ini mengemban Tridarma perguruan tinggi yaitu memberikan kontribusi buat masyarakat berupa pemeriksaan IVA otomatis untuk mencegah kanker serviks lebih dini. "Dengan terdeteksi lebih awal proses perjalanan penyakit kanker serviks mata rantai diputus dan dicegah perkembanganya lebih dini sehingga negara Indonesia bisa terbebas dari kanker serviks,"ucapnya

Lebih jauh dijelaskan, setiap wanita berisiko terkena kanker serviks. Namun, kanker ini lebih rentan dialami  wanita yang sering berganti pasangan seksual, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, atau mengonsumsi pil KB dalam jangka panjang. Baca Juga : Inilah 13 Kampus di Palembang yang Masuk Daftar Universitas Terbaik di Dunia Versi EduRank 2022. Kampus mu ada gak ?

Gejala kanker serviks stadium awal memang sulit dikenali. Hal ini karena kanker serviks stadium awal sering kali tidak menimbulkan keluhan atau gejala apa pun. "Bila muncul, gejalanya pun tidak khas dan bisa menyerupai gejala penyakit lain,"terangnya

Gejala kanker serviks biasanya baru terlihat ketika penyakit kanker serviks sudah memasuki stadium lanjut, di mana sel kanker sudah menyebar ke jaringan sekitarnya. Namun, ada beberapa tanda dan gejala yang bisa dicurigai sebagai gejala awal dari kanker serviks, seperti Perdarahan dari vagina di luar periode menstruasi, setelah berhubungan seks setelah pemeriksaan panggul, atau setelah menopause. Baca Juga : Lirik Lagu Moonlight, Single Terbaru Henry Lau

Lalu, keputihan yang encer, berwarna kecokelatan, bercampur darah, dan berbau busuk. Nyeri panggul atau punggung yang tidak mereda. Sakit ketika buang air kecil atau berhubungan seksual. "Bahkan terdapat darah pada urine. Jika mengalami beberapa gejala tersebut  sebaiknya segera periksakan ke dokter,"ungkapnya.

Cara mengurangi risiko terkena kanker serviks, ada beberapa hal yang bisa diupayakan. Yakni melakukan pemeriksaan, menjauhi prilaku seks bebas berisiko, menghentikan kebiasaan merokok, " Bahkan bisa juga melakukan vaksinasi kanker serviks,"tukasnya (nni/lia)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan