https://sumateraekspres.bacakoran.co/

13 Candi Lambang Peleburan dan Transisi Jiwa

BUMI AYU: Candi Bumi Ayu yang ada di Kabupaten PALI melambangkan 13 peleburan transisi jiwa.-foto: zulkarnain/sumeks-

Melihat Lebih Dekat Candi Bumi Ayu Sejarah yang Terkubur Waktu

SUMATERAEKSPRES.ID - Di ujung senja yang menyentuh lembut perbukitan hijau Desa Bumi Ayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, berdiri diam Candi Bumi Ayu. Tak banyak yang tahu, di balik bisu batu-batu tua yang tersusun rapi itu, tersimpan kisah kuno dan sejarah masa lampau yang nyaris terlupakan. Bagaimana ceritanya? Berikut liputannya.

Zulqarnain, PALI

Kompleks percandian ini bukan sekadar susunan batu kuno. Namun saksi bisu masa keemasan peradaban Hindu Siwa di tanah Sumatera, yang konon berdiri kokoh sejak abad ke-8 hingga ke-13 Masehi. Bahkan usianya bersaing dengan megahnya Candi Prambanan di Jawa Tengah, namun namanya tak pernah seharum saudaranya di Pulau Jawa.

Di antara reruntuhan dan candi yang masih bertahan, masyarakat sekitar kerap membisikkan cerita, tempo dulu candi-candi itu hanya gundukan yang terkubur tanah.

Putra Husni alias Putok (54), salah satu warga Desa Bumi Ayu yang mengetahui seluk beluk kompleks Candi Bumi Ayu, saat dibincangi menuturkan, saat ini ditemukan 13 reruntuhan candi di areal seluas 210 hektare. Namun reruntuhan candi yang sudah dikupas, baru lima, yakni candi 1, 2, 3, 7 dan 8 sedangkan sisanya masih berupa gundukan tanah. 

BACA JUGA:Misteri Candi Bumi Ayu: Jejak Peradaban Hindu yang Terkubur Waktu ?

BACA JUGA:Candi Bumi Ayu PALI Jadi Primadona Liburan Warga Usai Lebaran, Wisata Sejarah dan Alam

Kompleks percandian ini dikelilingi sungai-sungai kecil yang bermuara ke Sungai Lematang. Seperti Sungai Piabung, Sungai Siku Kecik, Sungai Batang Hari Siku, dan terakhir bermuara lagi ke Sungai Lematang. Jarak Sungai Lematang kurang lebih 700 meter dari kompleks percandian Bumi Ayu.  

Dia menuturkan, dia merupakan asli warga Desa Bumi Ayu. Dulu tinggal di tepian Sungai Lematang, karena tepian tergerus aliran sungai dan alami longsor, dia pindah ke dekat kompleks percandian. "Dulu ini sebelum dibuka hanya gundukan gundukan tanah. Banyak perkebunan karet warga, danau ini dulunya menyambung sampai ke Sungai Lematang," ceritanya. 

Ekskavasi dimulai 1990 lalu dilanjutkan secara bertahap hingga lima bangunan candi telah dibuka hingga 2025. Dia mengatakan, untuk candi ke-12 masih di areal perkebunan warga, sedangkan candi ke-13, ditemukan di areal permakanan umum di tepian Sungai Lematang tidak jauh dari kompleks candi. 

Cerita warga saat penggalian makam, dulunya sering menemukan batu bata relief,  seperti yang terdapat di candi-candi lainnya. Namun posisi candi ke-13, yang jadi pemakaman umum warga, saat ini sebagain lahannya sudah tergerus aliran sungai bahkan tidak sedikit pemakaman warga yang ikut terkena longsor. "Di sini candinya pakai bata merah lebarnya 20 cm, panjang 30 cm tebalnya 10 cm. Dulu banyak warga yang dapat batu relief saat menggali tanah untuk pemakaman di lokasi candi 13," bebernya.

Selain arca, pondasi candi dan lingga-Yoni, di sekitar lokasi juga ditemukan bangkai perahu kuno, tembikar dan pecahan keramik yang saat ini diamankan di Museum Candi Bumi Ayu. Namun janggalnya, setiap penggalian reruntuhan candi. 

BACA JUGA:Usung Konsep Japanese Scandinavia

BACA JUGA:Royal Grande Residence Tawarkan Konsep Japanese-Scandinavia dengan Fasilitas Mewah

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan