Sulap Pekarangan Sempit, Jadi Kebun Jagung

--
OKU TIMUR, SUMATERAEKSPRES.ID–Memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam menjadi kebiasaan yang sudah lama dijalani Dwi Ratno, warga Desa Wana Sari, Kecamatan Semendawai Barat, Kabupaten OKU Timur.
Meski lahan yang dimilikinya terbatas, hanya sekitar 2×5 meter, tapi dia tetap bersemangat menanam berbagai tanaman yang bermanfaat bagi keluarganya. Salah satu yang kini tumbuh subur adalah jagung manis. Hasilnya bukan untuk dijual, melainkan dikonsumsi sendiri.
BACA JUGA: Tanam 100 hari, Panen Raya Jagung, Program Ketahanan Pangan Kelompok Tani Desa Lorok Ogan Ilir
BACA JUGA:Usia 100 hari, Panen Raya Jagung Bersama
"Saya menanam jagung manis karena keluarga suka. Rasanya enak, bisa direbus atau diolah menjadi berbagai makanan lain," ujar Dwi. Ia juga merasa lebih puas karena jagung hasil panennya bebas dari bahan kimia berbahaya.
Bagi Dwi, berkebun di pekarangan bukan hanya soal mendapatkan hasil panen, tapi juga cara menciptakan lingkungan yang lebih hijau dan asri.
"Suasana rumah jadi lebih segar. Melihat tanaman tumbuh subur itu juga bikin hati senang," tambahnya. Selain jagung manis, Dwi kerap menanam berbagai jenis tanaman lain di pekarangannya, seperti cabai, kacang panjang, dan sayuran lainnya. Ia menyesuaikan tanaman yang ditanam berdasarkan musim dan kebutuhan keluarganya.
"Kadang kalau stok cabai di dapur mulai berkurang, saya tanam cabai. Kalau lagi ingin sayur segar, saya tanam kacang panjang atau bayam," jelasnya.
BACA JUGA:Sup Jagung Simpel Berkuah Kental, Resep Mudah dan Bergizi untuk Berbuka Puasa Bersama Keluarga
BACA JUGA:Jagung Diserang Ulat, Petani Terpaksa Tambah Biaya Pengeluaran
Bagi Dwi, berkebun di pekarangan rumah adalah bentuk pemanfaatan lahan yang bijak. Ia menilai, daripada membiarkan tanah kosong ditumbuhi rumput liar, lebih baik dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih produktif.
"Lahan sempit bukan alasan untuk tidak berkebun. Asal ada kemauan, pasti bisa," tuturnya dengan semangat. Mindset Dwi ini selaras dengan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang diinisiasi Gubernur Sumsel H Herman Deru sejak beberapa tahun lalu. Kisah Dwi Ratno menjadi bukti bahwa bercocok tanam tidak harus dilakukan di lahan luas. (lid)