Memaknai Hari Raya Idulfitri

Oleh: Prof Dr H Duski Ibrahim MAg , Guru besar UIN Raden Fatah Palembang -FOTO: IST-
SUMATERAEKSPRES.ID - BULAN Ramadan sudah memasuki hari-hari terakhir. Bulan suci tahun ini akan segera meninggalkan kita, dan kita akan merayakan Hari Raya Idulfitri.
Idulfitri, secara sederhana, sering diartikan dengan kembali suci. Yakni kembalinya seorang yang berpuasa kepada keadaan suci, seperti baru dilahirkan ibunya karena keterbebasan dari segala dosa dan kesalahan.
Dengan keadaan suci semacam ini, maka bagi orang yang berpuasa akan lebih mudah untuk menjadi manusia yang baik, manusia yang saleh, manusia yang cenderung semakin taat kepada ajaran-ajaran agama dan semakin baik dengan sesama mnusia.
Di sisi lain, tidak salah kalau ada orang mengatakan bahwa Hari Raya Idulfitri itu adalah hari raya kemenangan, yaitu kemenangan dari perjuangan melawan hawa nafsu. Karena semua yang diingini oleh nafsu pada bulan Ramadan dapat dilawan dengan baik dan sukses.
Di siang hari pada bulan Ramadan, kita melawan nafsu makan, nafsu minum, nafsu melakukan aktivitas reproduksi (istimta’ atau jima’), dan nafsu mengucapkan kata-kata yang sia-sia, dan lain-lain yang harus dilawan oleh hawa nafsu.
Sebaliknya, semua aktivitas diarahkan kepada ketaatan kepada Allah SWT, baik perkataan maupun perbuatan. Umat Islam yang telah dianggap berhasil melawan hawa nafsu tersebut, ditandai dengan perayaan hari raya, yaitu hari kemenangan.
BACA JUGA:Berikan Layanan Maksimal di Idulfitri, Sistem Digital Semakin Andal
Pada hari raya ini, mereka dihargai dengan kebolehan melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang di siang hari pada bulan Ramadan, terutama kebolehan makan dan minum di siang hari.
Dalam rangka merayakan hari kemenangan itulah, maka kaum umat Islam disunahkan makan atau minum terlebih dahulu sebelum melaksanakan salat Idulfitri, setelah sebelumnya diharamkan pada siang hari di bulan Ramadan.
Tidak sedikit orang memaknai Hari Raya Idulfitri secara dangkal, dengan ditandai membeli baju baru, kain baru, perabotan rumah tangga baru, atau barang-barang baru lainnya. Memang tidak salah sama sekali, kalau ada keinginan untuk memiliki barang-barang baru dalam menghadapi Hari Raya Idulfitri ini.
Umpamanya pakaian yang baik untuk dipakai pada saat salat di masjid, musala atau di tanah lapang. Ini dipahami dari Alquran surat al-A’raf ayat 31, yang artinya: “Hai anak Adam (manusia), pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.”
Perilaku sebagian muslim di hari raya yang hampir dapat dipastikan adalah menyediakan kuliner, makanan dan minuman untuk keluarga sendiri dan para tamu yang yang datang bersilaturrahi.
BACA JUGA:Jelang Idulfitri, Pemkab PALI Sidak Pasar Cegah Kenaikan Harga Bahan Pokok di Talang Ubi