Benarkan Berbuka Puasa Harus Dengan yang Manis, Simak Disini Penjelasannya

BERBUKA PUASA: Suasana saat berbuka puasa.--
SUMATERAEKSPRES.ID – Kalimat "berbukalah dengan yang manis" sepertinya sudah mendarah daging di kalangan muslim Indonesia. Bahkan hal tersebut sempat dipercaya sebagai anjuran atau perintah Rasul yang tertuang dalam hadis. Padahal, kata-kata di atas hanyalah tagline promosi dari sebuah minuman kemasan populer.
Meski demikian, berbuka dengan yang manis sejatinya tidak salah. Dilansir dari tirta.id, mengonsumsi makanan atau minuman manis memang dapat mengembalikan energi yang dibutuhkan tubuh setelah kurang lebih 14 jam tidak mendapat asupan apa pun. Kendati berbuka dengan yang manis tidaklah salah sering kali eksekusinya yang bermasalah.
BACA JUGA:Cegah Penyakit Tidak Menular dengan Puasa
BACA JUGA:Puasa Lancar, Pahala Maksimal! Cek Jadwal Imsak dan Berbuka Palembang Sabtu 8 Maret 2025
Sering kali kita tidak mengetahui seberapa kadar manis yang betul-betul diperlukan oleh tubuh setelah seharian berpuasa. Sering kali kita langsung menyikat habis hidangan dan minuman manis yang tersedia lalu menggunakan frasa "berbukalah dengan yang manis" sebagai pembenaran.
Padahal, dengan berlaku demikian, sesungguhnya kita sedang mencelakakan tubuh kita sendiri. Berbuka dengan yang manis secara asal-asalan dapat menyebabkan kondisi yang disebut sugar crash.
Kondisi ini terjadi ketika kadar gula darah turun drastis setelah lonjakan yang cepat sehingga menyebabkan kelelahan, mudah marah, dan kesulitan berkonsentrasi.
Bagi yang menjalankan puasa Ramadhan, kondisi ini bisa menjadi masalah serius karena dapat memengaruhi kualitas salat dan ibadah lainnya.
BACA JUGA:Manfaat, Pengaruh, dan Tips Sehat Puasa serta Pencegahan PTM
BACA JUGA:Rasakan Puasa Lebih dari 20 Jam, Kangen Palembang
Salat Tarawih, yang memerlukan fokus dan daya tahan fisik dalam waktu yang lama, bisa terasa sangat melelahkan jika seseorang mengalami sugar crash. Alih-alih merasa segar secara spiritual, banyak orang justru kesulitan untuk tetap terjaga dan berkonsentrasi.
Selain itu, ketidakmampuan untuk menjaga tingkat energi setelah berbuka puasa dapat mengurangi pengalaman keseluruhan dalam menjalani Ramadhan. Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang disiplin diri dan pertumbuhan spiritual.
Ketika pilihan makanan yang buruk menyebabkan kelelahan dan mudah tersulut emosi, akan lebih sulit untuk mempertahankan kesabaran, menjalankan salat dengan khusyuk, dan benar-benar mendalami makna bulan suci ini.
Berbuka dengan yang manis secara asal-asalan dapat menyebabkan kondisi yang disebut sugar crash. Kondisi ini terjadi ketika kadar gula darah turun drastis setelah lonjakan yang cepat sehingga menyebabkan kelelahan, mudah marah, dan kesulitan berkonsentrasi.
Bagi yang menjalankan puasa Ramadhan, kondisi ini bisa menjadi masalah serius karena dapat memengaruhi kualitas salat dan ibadah lainnya. Salat Tarawih, yang memerlukan fokus dan daya tahan fisik dalam waktu yang lama, bisa terasa sangat melelahkan jika seseorang mengalami sugar crash.