Ditaksir Rumah Subsidi Dijual Rp158 Juta
*Naik Sekitar 5 Persen, Penyesuaian Tunggu Penetapan Harga
PALEMBANG – Harga rumah subsidi di Provinsi Sumsel saat ini masih dijual seharga Rp150,5 juta. Artinya sudah 3 tahun terakhir atau sejak tahun 2021, harganya tak kunjung mengalami kenaikan. Padahal sebelum tahun 2021, Pemerintah selalu menaikan harga rumah subsidi setiap tahun. Terakhir kali mengalami kenaikan di 2021 menjadi Rp150,5 juta dari tahun sebelumnya 2019 Rp140 juta (lihat grafis).
Di tengah harga bahan bangunan, upah tukang, dan lain sebagainya yang terus mengalami kenaikan, bagi konsumen tentu saja tidak naiknya harga rumah subsidi jelas menguntungkan. Tapi bagi developer cukup menjadi beban, biaya pembangunan rumah terus naik namun harga jual tidak mengalami penyesuaian alias tidak naik.
Sinyal Pemerintah yang bakal menaikan harga rumah bersubsidi tahun 2023 pun membuat para pengembang bisa bernafas lega. Penantian panjang ini memang sudah lama diharapkan. Kenaikannya ditaksir sebesar 5 persen atau sekitar Rp7,5 juta per unit. Dengan demikian, tahun ini rumah subsidi akan dijual di Provinsi Sumsel berkisar Rp158 juta. Penetapan harga baru menunggu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) turun.
Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Sumsel, Zewwy Salim mengatakan pihaknya telah mendapatkan informasi bahwa harga rumah subsidi yang ditetapkan Pemerintah bakal segera naik, ya sekitar 5 persen. "Rencana awal, seharusnya kenaikan harga rumah subsidi per Maret 2023 lalu, tapi berhubung aturan Pemerintah belum turun, kemungkinan kenaikannya awal April ini. Tapi untuk melakukan penyesuaian harga, kami juga masih harus menunggu peraturan Pemerintah,” ujarnya kepada Sumatera Ekspres, kemarin. BACA JUGA : Hyundai Dekatkan Layanan ke Konsumen
Dia mengatakan naiknya harga rumah subsidi bisa mengurangi beban para pengembang. Hal ini mengingat beban pengembang membangun rumah subsidi sudah makin besar biaya operasionalnya. “Beban kita membengkak di tengah harga bahan bangunan yang terus mengalami kenaikan. Ditambah upah tukang, dan lainnya sementara harga rumah subsidi tetap. Kondisi ini akhirnya mempengaruhi cashflow (dana keluar masuk, red) developer," papar Zewwy.
Namun memang, lanjut Zewwy, penyesuaian harga akan berdampak pada konsumen, mereka harus membeli rumah subsidi dengan harga lebih mahal tahun ini. “DP dan angsuran (cicilan) yang dibayar mungkin akan lebih tinggi. Kalau harga naik, bank pun pasti menyesuaikan,” ujarnya. Meski begitu, jangan khawatir Pemerintah masih tetap memberikan bantuan subsidi untuk pembelian rumah.
Tahun ini REI Sumsel mendapatkan alokasi rumah subsidi sebanyak 17 ribu unit. Peningkatan ini terjadi karena kuota dari pemerintah untuk rumah subsidi se-nasional juga mengalami kenaikan di tahun 2023. Dari semula 200 ribu unit di 2022 menjadi 220 ribu unit di 2023. "Kami optimis ini dapat terealisasi berkat dukungan seluruh pihak, termasuk perbankan dan stakeholder terkait," katanya.
Apalagi, sambung dia, Sumsel mampu meraih kinerja yang baik di tahun lalu. Bahkan DPD REI Sumsel mendapatkan penghargaan sebagai penyalur rumah subsidi terbaik se Sumatera dan terbaik di urutan ke-5 secara nasional. Pihaknya akan terus berusaha mempertahankan prestasi yang telah dicapai. "Baiknya kinerja penyaluran rumah karena dukungan semua pihak," katanya.
Termasuk pula stimulus dari pemerintah terkait Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang telah berakhir 31 September 2022. "Kalau tak ada stimulus, kami yakin properti tahun 2023 akan stagnan. Karenanya kami tetap berharap Pemerintah memberikan insentif kepada pengembang maupun masyarakat," ujarnya.
Zewwy mengakui, stimulus sangat membantu penjualan properti komersial di Provinsi Sumsel selama dua tahun terakhir. “Dua tahun terakhir pengembang sudah terbiasa dengan stimulus PPN DTP, cukup mendongkrak penjualan rumah," katanya. Sejauh ini konsumen paling banyak menggunakan stimulus PPN DTP adalah ASN, karyawan BUMN dan swasta. Secara harga, rumah di bawah Rp500 juta menjadi yang paling diminati. Permintaan rumah di segmen ini terus meningkat terutama di Kota Palembang dan sekitarnya. "Naiknya permintaan rumah menunjukkan perekonomian di Bumi Sriwijaya telah mengeliat dan bangkit pasca pandemi," bebernya.