Fifa dan Ghibah
Kekecewaan warga merah putih karena batalnya perhelatan akbar U-20 di bumi Indonesia bukan tanpa alasan. Sudah banyak hal yang sudah siap. Tidak sedikit pula rupiah yang telah keluar.
Persiapan tampak mulai kelihatan. Salah satunya ikhtiar yang Kapolda Sumatera Selatan yang telah mengumpulkan tomas dan toga (tokoh masyarakat dan tokoh agama) dalam rangka menjaga harmoni agar pesta akbar ini berlangsung tertib dan damai.
Saat pihak tertentu menolak terdaftarnya Israel sebagai peserta, FIFA pun ikut bicara. Pembatalan yang dilakukan FIFA ini bak petir di siang bolong, kaget kita. Kenapa mencampur urusan politik dengan olahraga.
Kita boleh tidak sepakat dengan sepak terjang Israel terhadap hancurnya nilai-nilai kemanusiaan. Akan tetapi, atlet-atlet mereka yang akan ikut berlaga tak ada hubungan langsung dengan dunia politik. Jangan-jangan, hati mereka akan tersentuh hidayah karena bertemu banyak orang yang menjunjung sportivitas, kejujuran, dan nilai-nilai kemanusiaan. BACA JUGA : Sumsel Habiskan Rp 30M
Atlet-atlet olahraga bisa jadi duta. Selesai berlaga, terlepas menang atau kalah, mereka akan pulang dengan membawa berjuta kisah. Indonesia yang sejak dulu menghargai perbedaan dan terkenal dengan keramahan bukan tidak mungkin akan mengukir kesan tersendiri untuk mereka tularkan ke negerinya.
Teringat aku akan kisah Habib Umar bin Hafizh, ulama Tarim yang terkenal santun lagi ramah. Beberapa kali ia nonton pertandingan sepakbola yang rata-rata para pemainnya adalah anak-anak muda yang jauh dari agama. Usai bertanding, ia pun membagikan makanan dan minuman yang sengaja ia bawa sendiri tiap kali akan menonton.