Diskon Tarif Listrik Tahan Inflasi, Meski Cabai Mahal, Total 86 Komoditas Naik Harga

--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Perkembangan inflasi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada bulan Januari sebesar -0,36 persen (deflasi, red). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, mengatakan, deflasi Sumsel ini lebih tinggi dari nasional yang -0,76 persen.
"Deflasi pada bulan Januari dipengaruhi adanya diskon tarif listrik dan angkutan udara yang berpengaruh sangat signifikan walaupun ada kenaikan di sektor bahan pokok," sampainya, Senin (3/2). Wahyu menjelaskan beberapa peristiwa juga ikut mempengaruhi kondisi perkembangan inflasi-deflasi bulan Januari di Sumsel.
"Adapun catatan peristiwa itu, yakni penyesuaian harga BBM non-subsidi, penyesuaian harga LPG 3 kg, dan harga beli gabah petani," ujarnya lagi. Kemudian cuaca ekstrem menyebabkan komoditas cabai gagal panen, sehingga distribusi dan stoknya terganggu dan harga cabai pun naik.
"Namun adanya diskon listrik sampai 50 persen sangat kuat menarik deflasi," katanya. Selanjutnya tarif cukai sembako, UMP naik 6,5 persen per 1 Januari 2025, dan upaya konsisten pemerintah dalam pasar murah untuk menjaga stabilitas harga.
BACA JUGA:Indonesia Bersaing dengan Negara Besar, Capaian Inflasi 2024 Jadi Sorotan Dunia!
"Pada Januari pemerintah memberikan intervensi adminstrator price berupa diskon tarif listrik dan angkutan udara untuk menekan atau menjaga perkembangan inflasi di awal tahun dimana beberapa komoditas naik harga, sehingga dapat diimbangi," jelasnya. Meski komoditas penyumbang inflasi hampir merata, cabe merah dan rawit di setiap daerah.
Kepala BPS Kota Palembang, Yudhistira Arya Nugraha SSi juga mengakui kebijakan pemerintah, dalam hal ini PT PLN berupa diskon 50 persen tarif listrik rumah tangga pada periode Januari-Februari berpengaruh pada deflasi Kota Palembang yang mencapai -0,47 persen. Perhitungan ini berdasarkan data inflasi bulan ke bulan (month to month/mtm).
Dikatakan, terdapat lima komoditas dengan harga tertinggi pada bulan Januari 2025, yaitu cabai merah, cabai rawit, bahan bakar untuk rumah tangga, perhiasan emas dan kelima semangka. "Kenaikan kelima komoditas ini sangat signifikan, bahkan harga cabai naik mencapai 79,76 persen untuk cabai merah. Sedangkan cabai rawit naik di level 78,09 persen,” tuturnya.
Komoditas lain seperti bahan bakar rumah tangga dan emas perhiasan di bawah 10 persen. Sedangkan semangka juga relatif tinggi pada angka 22,40 persen. Dirinya mencatat dari 393 komoditas yang dicatat BPS Kota Palembang, ada 86 komoditas mengalami kenaikan dan 52 komoditas, harganya mengalami penurunan. Sementara 255 komoditas lain, harganya cenderung stabil.
BACA JUGA:Harga Cabai-Bawang Merah Masih Tinggi, Khawatir Picu Inflasi hingga Momen Ramadan-Lebaran
BACA JUGA:Inflasi IHK 2024 Terjaga, Bank Indonesia Optimis di Tahun 2025-2026
"Banyak yang mempengaruhi perubahan harga komoditas tersebut, mulai dari faktor cuaca, distribusi hingga ketersediaan stok dan masa panen. Ada komoditas yang harganya naik, turun dan stabil. Semua ini akan terus bergerak seiring waktu," jelasnya.
Asisten II Setda Kota Palembang, Isnaini Madani, mengungkapkan melihat kondisi yang ada dan beberapa faktor pendukung mulai dari penurunan harga tiket pesawat serta kebijakan diskon 50 persen tarif listrik secara signifikan mempengaruhi deflasi dan inflasi yang ada di Kota Palembang. Ia berharap tren ini tetap positif hingga beberapa bulan ke depan.