Bersiap Umrah Kedua, Hasil 2 Tahun Tabung Jual Sampah
PILAHSAMPAH: Suhartini dan putrinya, Oktariani, sedang memilah sampah di Bank Sampah Induk Kota Palembang, kemarin (14/1).-foto: dudun/sumeks-
Kisah Suhartini-Oktariani, Nasabah Bank Sampah Induk Palembang yang Berhasil Wujudkan Mimpi ke Tanah Suci
SUMATERAEKSPRES.ID - Merajut hari-hari senjanya pascaberpulangnya sang suami, Suhartini (62) dan putrinya, Oktariani, berhasil wujudkan mimpinya untuk berangkat umrah ke Tanah Suci. Cara yang ditempuh, mengumpulkan sampah dan bekerja di Bank Sampah Induk Kota Palembang.
Ibnu Holdun-Palembang
Perjuangan Suhartini dan Oktariani tidak mudah. Ibu dan anak ini berusaha keras untuk mewujudkan impiannya menginjakkan kaki di Tanah Suci.Semangat keduanya pantang menyerah di tengah segala keterbatasan hidup.
Lelah keduanya mengumpulkan sampah serta bekerja di Bank Sampah Induk Palembang di kawasan Km 12, Lr Kenanga, RT 1, RW 1, Kelurahan Sukodadi, Kecamatan Sukarami, Palembang terbayarkan sudah. Pada 23 Januari 2025 nanti, Bukde Tini, sapaan akrabnya bersama sang putri, akan menjalankan ibadah umrah ke Tanah Suci.
Saat Sumatera Ekspres menyambangi kediamannya kemarin (14/1), Bukde Tini tengah sibuk memilah sampah di rumahnya. Di sana, dia tinggal sendirian. Untungnya, rumah sang anak, Oktariani, berdekatan dengan rumah sang ibu.
BACA JUGA:66 Penerbangan per Minggu! Lion Air Permudah Perjalanan Umrah
Sama halnya dengan sang ibu, Oktariani juga tinggal sendirian di rumahnya tersebut. Ibu dan anak yang menyandang status janda ini sama-sama bekerja di Bank Sampah Induk Palembang, yang lokasinya tak jauh dari rumah mereka tempati.
“Jaraknya sekitar 50 meter dari sini,” kata Bukde Tini. Menggeluti pekerjaan sebagai pemilah bahan untuk Bank Sampah Induk, keduanya juga memiliki tekad yang sama. “Tidak mengambil hasil penjualan sampah maupun pekerjaan di Bank Sampah Induk. Uangnya kami tabung selama dua tahun. Alhamdulillah bisa untuk menjalankan ibadah umrah bersama Oktariani,” beber Bukde Tini bersemangat.
Penghasilan keduanya sebenarnya dari mengumpulkan dan menjual sampah tidak menentu. Tapi semua dikumpulkan. “Duit dari bank sampah tidak pernah diambil, semuanya ditabung," kata Bukde Tini. Setiap harinya, dia mengumpulkan botol, kardus, dan kaleng dari tetangga.
Barang-barang bekas itu dibawa pulang ke rumah. Dipilah dan dijual ke bank sampah. Pendapatan yang mereka peroleh dari hasil ini kadang bisa mencapai ratusan ribu rupiah. "Tetangga sering membantu, kadang ada yang memberi botol atau kaleng. Semua kami kumpulkan untuk dijual," tambahnya.
BACA JUGA:Tertunda 34 Jam Gara-Gara Pesawat Citilink Rusak, 400 Jemaah Umrah Akhirnya Berangkat
BACA JUGA:Kuota Antrean Online Habis, Permohonan Paspor Meroket, Ingin Melancong-Umrah Akhir Tahun
Bukde Tini sebelum ini sudah pernah sekali berangkat umrah. Saat itu dari hasil menabung saat masih bekerja mencuci baju di kontrakan PT Sembaja. Ia sebenarnya ingin bisa berangkat haji. Namun, karena takut tak kesampaian karena masa tunggu lama, akhirnya memilih untuk berangkat umrah kedua kalinya 23 Januari nanti. "Kalau untuk haji, takutnya keburu tak kesampaian kalau kelamaan menunggu," ungkapnya sambil tertawa kecil.