Masih kata dia, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan, mencakup pemeriksaan laboratorium untuk kadar IL-10 serum, aktivitas sel T-regulator, serta evaluasi aktivitas lupus.

Selain itu, asupan makanan pasien dianalisis menggunakan metode food recall untuk melihat kecukupan gizi harian.  

Hasil penelitian menunjukkan pasien dalam kelompok perlakuan mengalami penurunan aktivitas lupus secara bermakna dibandingkan kelompok plasebo.

Selain itu, kadar vitamin D pasien meningkat, yang berkontribusi terhadap pengendalian gejala penyakit lupus secara keseluruhan.  

Minyak ikan seluang, yang merupakan komoditas lokal di perairan Sumsel memiliki potensi besar untuk mendukung pengelolaan lupus karena kandungan vitamin D dan bahan nutrisi lainnya.

Pemanfaatan bahan lokal ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga memberikan solusi yang lebih terjangkau bagi pasien lupus.

Dengan pengawasan dokter, kombinasi sinbiotik dan minyak ikan seluang dapat menjadi terapi tambahan yang aman dan efektif untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.  

Penelitian ini juga membuka peluang untuk mengembangkan terapi lupus yang berbasis bahan alami, memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia.

Selain bermanfaat secara medis, inovasi ini memberikan nilai tambah pada sektor perikanan lokal, yang dapat mendukung perekonomian masyarakat di daerah.  

BACA JUGA:Ini Penyebab Anak Perempuan Rentan Menderita Penyakit Lupus

BACA JUGA:11 Pernyataan Ini Jadi Indikasi Awal Anak Menderita Penyakit Lupus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi minyak ikan seluang dan sinbiotik dapat menjadi solusi inovatif dalam pengobatan lupus.

"Dengan keberhasilan ini, penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memperluas penggunaan bahan lokal Indonesia untuk mendukung kesehatan masyarakat secara keseluruhan," pungkas dia. (yun/fad)