Puasa Jernihkan Pikiran, Cerdaskan Intelektual

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah mempertemukan kita kembali kepada bulan yang penuh ampunan, rahmat dan karunia. Bulan suci Ramadan.  Di bulan ini,  banyak manfaat yang didapat setiap umat Islam yang melaksanakan puasa.

Setidaknya, bagi yang laksanakan ibadah puasa  akan mendapatkan dua kebahagiaan. Yakni bahagia saat kita menyantap menu berbuka dan bahagia berjumpa langsung kepada Allah Swt.

Puasa merupakan saat yang terdekat kondisi kita secara rohani seorang hamba dengan Allah Swt. Karena pada waktu berpuasa, tidak ada jarak yang dapat halangi.

Berpuasa merupakan kewajiban. Tidak hanya bagi orang yang beriman, yang sudah diwajibkan juga kepada orang-orang sebelum kita.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam Surah Al Baqarah ayat 183 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atasmu berpuasa, seperti yang telah diwajibkan ke orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.

Dalam ayat ini sangat jelas, menyuruh dan memerintahkan kita untuk berpuasa. Hal ini sebagai bentuk keimanan untuk laksanakan perintah Allah Swt. Juga disebutkan bahwa tidak hanya kepada umat Nabi Muhammad Saw semata, namun umat sebelumnya.

Bahkan, di zaman Phytagoras, seorang matematikawan dan filsuf dari Yunani yang terkenal dengan teorema Phytagoras-nya, ada ritual yang disebut juga puasa. Saat itu mereka sudah meyakini dengan melaksanakan puasa, akan memperoleh kejernihan pikiran serta kecerdasan intelektual.

Dengan kata lain, banyak sekali manfaat berpuasa. Dengan berpuasa kita akan menjadi lebih sehat. Karena itu, Allah Swt mewajibkan kita berpuasa untuk menggembleng kita bukan saja keimanan, tapi juga kesehatan. Baik kesehatan secara fisik, juga intelektual dan spiritual.

Kalau dipelajari, badan ini selama 11 bulan dimanjakan dengan masuknya makanan dan minuman serta syahwat. Semua yang kita kehendaki masuk ke dalam badan ini. Namun terkadang kita lupa, badan juga perlu istirahat.

Oleh karena itu, untuk keseimbangan, selama satu bulan ini disyariatkan berpuasa. Saat puasa tidak makan tiga kali sehari, namun dua kali, sahur dan berbuka. Pola makan juga diatur. Dengan harapan, tubuh semakin sehat dan lebih maksimal lagi dalam beribadah.

Dampak negatif menuruti hawa nafsu, apa saja yang kita makan, kadang menyerempet kepada yang subhat, makruh hingga haram. Kadang juga kita tamak dan rakus, hingga yang bukan hak kita juga ikut dimakan. Ini menutupi sisi rohani kita.

Sebagaimana disampaikan Imam Ali bin Abi Thalib, bila pikiran hanya ke perut dan bawah perut, maka kualitas hidupnya akan sama dengan apa yang keluar dari bawah perut.

Bila yang dimakan bukan dari harta yang halal dan hak orang lain, maka ini akan bermasalah bagi hidup kita. Sabda Nabi Muhammad saw “apa yang tumbuh, darah daging dan bulu dari yang haram, maka neraka lebih baik baginya”. Untuk itu, berpikir ulang apa yang kita makan.

Di bulan Ramadan inilah, kurangin nafsu syahwat makan kita, agar kembali ke fitrah kemanusiaan sehingga muncul rasa iba dan simpati. Terutama bagi mereka yang kesulitan dalam urusan makan.

Dari urusan perut ini, bukan hanya puasa makan, tapi juga belajar kemanusiaan. Kita jadi bisa merasakan perihnya lapar dan itu menumbuhkan rasa berbagi, baik itu dalam bentuk zakat fitrah maupun zakat mal. (afi/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan