Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh 26 Desember 2004 (1) : Bantuan Pembaca Sumatera Ekspres Diserbu Pengungsi
BANTUAN SUMEKS:.Bantuan dari pembaca Harian Pagi Sumatera Ekspres, sempat diserbu pengungsi tsunami Aceh saat di Posko Lhokseumawe dan Pidie. -FOTO: SUDIRMAN ABDULLAH/DOK/SUMATERA EKSPRES-
Sabtu pagi (16/1/2005), baru kami bertolak dari Kota Langsa menuju Lhokseumawe. Baru sekitar 20 menit berjalan, kami memasuki Rantau Seulamat, Kabu paten Aceh Timur. Suasana mencekam mulai terasa, pantas saja para sopir truk PT Pos tersebut tidak berani berjalan malam.
SUMEKS PT POS : Dua truk PT Pos pembawa bantuan pembaca Sumatera Ekspres untuk korban tsunami Aceh, sesaat sebelum bertolak dari Medan ke Aceh. -foto: dok/sumeks-
Karena sepanjang jalan lintas Sumatera itu, setiap 100 meter berdiri pos-pos TNI AD dari Yonkav 200/R dan Brimob Jambi. Berselang seling sisi kiri dan kanan. Setiap pos TNI AD, dilengkapi panser ditaruh dipinggir pos ditutupi dedaunan. Baik dari TNI dan Brimob, dilengkapi persenjataan berat.
Masuk Kecamatan Peureulak, perasaan cemas tambah membuat kami waspada. Sebab cerita 1 Juli 2003 masih santer. Panglima GAM wilayah Peureulak, Ishak Daud, yang memimpin penyanderaan jurnalis senior RCTI Ersa Siregar, kameramen Ferry Sanntoro, dan 2 istri perwira TNI AU, Safrida dan Suraya.
Beruntungnya kami berjalan siang, aman-aman saja. Sekitar pukul 13.10 WIB, kami sampai di posko kemanusiaan Lhokseumawe. Disambut ketua posko, Zulkifli. Kami menurunkan setengah kontainer bantuan. Pengungsi menyerbu naik ke atas truk.
BACA JUGA:Peringatan Gempa Megathrust Selat Sunda: Benarkah Ada Risiko Tsunami Hingga 3 Meter di Jakarta?
BACA JUGA:SBY Teteskan Air Mata Kenang 19 Tahun Tsunami Aceh, Masih Ada Beberapa Persoalan
Mengambil pakaian bekas layak pakai, bahan pangan, dan obat-obatan. "Kami mempunyai 34 titik pengungsi yang tersebar di 11 kecamatan, menampung 38.784 jiwa. Karena hujan mulai turun, kami mulai membutuhkan selimut. Selain susu, sembako dan pakaian dalam yang dibutuhkan," jelas Zulkifli, kepada Sumatera Ekspres.
Dari posko Lhokseumawe, paginya kami melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Bireun. Di jalan lintas Sumatera, masih bertemu dengan panser-panser TNI berpatroli di jalan raya. Nah di Krueng Mane, Kecamatan Gandapura, reruntuhan rumah warga terdampak gempa dan tsunami mulai terlihat banyak.
Jalan terlihat retak-retak, beberapa kapal nelayan yang pecah dan terdampar di tengah pemukiman. "Kemarin ombaknya di sini tinggi sekali, saya takut. Padahal, sebelumnya sempat surut jauh, ikan-ikan banyak berkeleparan," ujar Saibani dan Yusuf, warga sekitar pantai.
Sampai di desa atau gampong Ulee Glee, Kabupaten Pidie, kami singgah untuk makan siang. Bertemu 4 anggota TNI AD berpatroli. Kami diamati. Kemudian mereka mendekat.
“Aku jugo dari Palembang,” sapa Serda M Syamiansyah dari Kesdam II/Sriwijaya. Sementara 3 rekannya, Kopda Judi, Prada Sarifudin, Prada Soni dari Yonif 144 Curup.
Sekiranya pukul 18.00 WIB, kami tiba di Posko Pengungsian Ling Singgah Mata, Kecamatan Sigli, Kabupaten Pidie. “Di Sigli ini, kami membawahi 40 posko pengungsian, dengan jumlah pengungsi 50 ribu jiwa,” beber T Syahrizal, Ketua posko pengungsian Sigli.
Kami menurunkan lagi bantuan pembaca Sumatera Ekspres, bagi 300 pengungsi yang menempati tiga buah tenda. Kemudian ke tenda-tenda lain, bagi 250 pengungsi juga tiga buah tenda. Alhasil bantuan tak sampai ke Banda Aceh, sebab di Pidie juga ternyata banyak pengungsi dari Banda Aceh dan Meulaboh.
Tunai sudah, amanat dipercayakan kepada kami menyalurkan bantuan dari baca Sumatera Ekspres. Truk PT Pos kembali ke Medan dan Palembang. Sementara kami, meneruskan perjalanan ke Banda Aceh. Melakukan tugas jurnalistik. Mendatangi sejumlah tempat, bertemu petugas medis dan relawan asal Sumsel di Aceh. (*/bersambung bagian 2)