Peneliti BRIN Buktikan Ekstrak Duri Landak Berpotensi Menyembuhkan Luka
DURI LANDAK: Peneliti BRIN buktikan Ekstrak duri Landak mampu sembuhkan luka. FOTO: freepik--
“Pengujian dilakukan pada tikus dengan dua jenis luka, yaitu luka bakar tingkat 3 dari 4 dan luka iris pada bagian punggung,” ungkapnya .
Sebanyak 24 ekor tikus dibagi ke dalam kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan kelompok perlakuan menggunakan gel berbahan duri landak.
Luka bakar dibuat dengan menempelkan logam panas pada kulit tikus selama 15 detik.
Sementara luka iris dibuat dengan sayatan hingga lapisan subkutan.
Selama 21 hari, luka tikus diamati untuk mengevaluasi proses penyembuhan berdasarkan ukuran luka, pertumbuhan jaringan baru, serta analisis mikroskopik.
Hasilnya menunjukkan, gel duri landak punya efektivitas yang sebanding dengan produk komersial.
Pada luka bakar, penutupan luka mulai terlihat signifikan sejak hari ke-10 dan hampir sempurna pada hari ke-21.
Jaringan baru yang terbentuk lebih rapat dan tidak mudah terkelupas dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa ekstrak.
Sedangkan pada luka iris, gel duri landak mempercepat proses proliferasi dan remodelling.
Berdasarkan analisis mikroskopik, ditemukan pengurangan signifikan pada jumlah sel radang serta pembentukan jaringan ikat yang lebih terorganisasi.
Hal tersebut memperlihatkan percepatan regenerasi jaringan pada luka yang dirawat menggunakan gel berbasis duri landak.
“Selain itu, tikus yang menerima perlakuan gel menunjukkan peningkatan berat badan, yang mengindikasikan formulasi ini tidak menimbulkan efek samping negatif,” tambahnya.
Lebih lanjut Andhika menguraikan mekanisme biokimia di balik efektivitas gel duri landak. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi beberapa senyawa aktif dalam duri landak yang berperan penting dalam penyembuhan luka. Termasuk senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri dan mendukung regenerasi jaringan.
Selain itu, ditemukan potensi interaksi senyawa aktif dengan protein matriks metalloproteinase (MMP), yang berfungsi memecah kolagen lama untuk memberi ruang bagi pembentukan jaringan baru.
Proses ini memungkinkan luka sembuh dengan risiko pembentukan keloid yang lebih rendah, karena kolagen yang dihasilkan lebih terorganisasi dan menyerupai struktur jaringan normal.