Mengapa Suku Anak Dalam Hidup Nomaden? Simak Tradisi, Alam, dan Tekanan Eksternal
Suku Anak Dalam berpindah demi menjaga tradisi, sumber daya alam, dan menghadapi tekanan modernisasi. Foto: izul/sumateraekspres.id--
SUMATERAEKSPRES.ID - Suku Anak Dalam (SAD), juga dikenal sebagai Orang Rimba, adalah kelompok masyarakat adat yang mendiami kawasan hutan di Jambi dan Sumatera Selatan.
Kebiasaan mereka berpindah-pindah, atau nomaden, terutama disebabkan oleh beberapa alasan utama yang berkaitan dengan tradisi, lingkungan, dan tekanan eksternal.
SAD memiliki pola hidup tradisional yang erat dengan hutan. Mereka berpindah-pindah untuk mencari sumber daya alam seperti makanan, air, dan bahan bangunan.
Sistem hidup ini diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian dari identitas mereka.
BACA JUGA:Mengenal Suku Anak Dalam:, Kehidupan dan Tantangan di Pedalaman Sumatera
BACA JUGA:Adhyaksa Jelajah Alam, Anak Umang Sasar Suku Anak Dalam Sungai Badak Bayung Lencir
Perpindahan juga dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, mencegah eksploitasi berlebihan pada satu wilayah.
Mereka sangat bergantung pada hasil hutan, seperti berburu, meramu, dan bercocok tanam secara sederhana.
Ketika sumber daya di suatu wilayah mulai menipis, mereka pindah ke tempat lain yang lebih subur.
Hasil hutan, seperti kayu dan madu, menjadi sumber penghidupan mereka, sehingga keberadaan kawasan hutan yang masih kaya sangat menentukan.
Perubahan lingkungan akibat pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, tambang, atau pembangunan lainnya memaksa SAD meninggalkan wilayah tradisional mereka.
BACA JUGA:Bujang Kurap: Legenda Hidup di Tengah Warga Suku Anak Dalam
Konflik dengan perusahaan atau masyarakat lokal juga menjadi alasan perpindahan. Beberapa kawasan yang dulu mereka tempati telah beralih fungsi, sehingga mereka kehilangan akses terhadap sumber daya.