Kredit Macet Menurun, Direktur Utama BRI Ungkap Strategi Tingkatkan Kualitas Aset
Kredit Macet Menurun, Direktur Utama BRI Ungkap Strategi Tingkatkan Kualitas Aset-Foto: Bank BRI-
"Kami menekankan pada pertumbuhan kredit yang selektif, yang sesuai dengan profil risiko yang dapat dikelola dengan baik," ujar Sunarso dalam acara Money Talks Power Lunch yang disiarkan CNBC Indonesia.
2. Pengelolaan Portofolio Kredit di Mid End: Monitoring dan Stress Testing
Langkah kedua terjadi di tahap mid end, yaitu pada portofolio kredit yang sudah ada dalam neraca bank.
BRI fokus pada upaya menjaga kualitas kredit melalui peningkatan monitoring dan kesadaran terhadap risiko (risk awareness).
Selain itu, bank yang memiliki fokus pada pembiayaan UMKM ini secara periodik melakukan stress testing untuk mengetahui potensi gejolak dalam portofolio kredit dan memastikan bahwa risiko yang ada dapat terdeteksi lebih dini.
3. Restrukturisasi pada Back End: Penanganan Kredit Macet
Langkah terakhir, yang diterapkan pada tahap back end, adalah penanganan terhadap kredit bermasalah yang sudah tidak dapat diselamatkan.
Pada titik ini, BRI melakukan restrukturisasi untuk memberikan kesempatan kepada debitur agar dapat melanjutkan pembayaran dengan kondisi yang lebih ringan.
Jika restrukturisasi tidak berhasil dan kredit macet tidak dapat dipulihkan, BRI akan melakukan write off atau penghapusan buku atas kredit tersebut.
Meski demikian, Sunarso menegaskan bahwa meskipun kredit tersebut sudah dihapus, penagihan terhadap debitur tetap dilakukan.
Hasil dari penagihan ini akan dicatat sebagai pendapatan dari proses pemulihan (recovery), yang pada dasarnya adalah uang yang telah dicadangkan oleh bank. "Ini adalah bagian dari model bisnis kami, di mana pemulihan dari kredit bermasalah tetap menjadi sumber pendapatan," jelas Sunarso.
Mengoptimalkan Bisnis Model Mikro dan UMKM
Menurut Sunarso, pendekatan ini sejalan dengan bisnis model yang diterapkan oleh BRI, terutama di segmen mikro dan UMKM. Di bagian depan (front end), BRI tetap agresif dalam mencari potensi kredit baru, namun dengan pemilahan yang lebih ketat.
Kredit yang sehat akan dipertahankan, sementara yang bermasalah akan dialihkan ke bagian back end untuk penanganan lebih lanjut.
Pada akhirnya, proses ini memastikan bahwa setiap tahap dalam siklus kredit memiliki pengelolaan yang lebih optimal dan sesuai dengan kapasitas risiko yang dapat diterima.