Armada Batu Bara Bikin Warga Hirup Debu Setiap Hari
dEKAT: Permukiman warga dusun Kampai 4, desa Benuang, Kecamatan Talang ubi, Kabupaten PALI yang begitu dekat dengan jalan utama milik PT SLR.-foto: heru/sumeks-
PALI, SUMATERAEKSPRES.ID - Sudah belasan tahun warga Dusun 4 Kampai, Desa Benuang, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) mengaku setiap hari menghirup debu batu bara dan tak pernah nyenyak tidur lantaran suara bising dari deru kendaraan angkutan emas hitam milik PT Servo Lintas Raya (SLR) atau Titan Grup.
Dimana rumah atau pemukiman puluhan warga Dusun 4 Kampai nyaris tak ada jarak dengan jalan utama khusus batu bara milik Titan Grup. Tidak ada jarak pekarangan rumah warga dan jalan khusus batu bara, akibat pembuatan flyover yang urung dilanjutkan oleh pihak Titan Grup mengakibatkan jalur angkutan batu bara dialihkan mepet dengan pemukiman warga.
Dikemukakan Mat Nudin (64), warga yang memiliki rumah persis jalan khusus batu bara bahwa rumahnya berada di lokasi tersebut sebelum jalan khusus batu bara dibangun.
"Lebih dulu rumah kami daripada jalan batu bara, kalau jembatan layang jadi dibangun, kami tidak akan mengeluhkan karena jarak cukup jauh, namun akibat jembatan layang itu urung dibangun, pihak perusahaan mengambil jalur lain yang jaraknya sangat dekat dengan rumah kami," ujarnya.
Diakuinya bahwa tidak ada kompensasi selama ini dan imbas dari aktivitas armada batu bara. Debu tebal menjadi makanan sehari-hari serta kalau malam tak pernah nyenyak tidur akibat suara bising kendaraan besar.
BACA JUGA:Weekend Jadi Momok Kemacetan Perlintasan Sebidang, Padatnya Angkutan Batu Bara
BACA JUGA:Pelanggaran Angkutan Batu Bara Berlangsung sejak Lama dan Berlarut, Masyarakat yang Paling Dirugikan
"Setiap hari kami menahan napas dan saat ingin istirahat, kami terganggu dengan suara bising kendaraan pengangkut batu bara," imbuhnya.
Sama dikeluhkan Juwina, warga lainnya yang menyebut bahwa sempat ada dari pihak perusahaan menjanjikan untuk diberikan kompensasi, tetapi sudah lebih dari 12 tahun, janji itu hanya isapan jempol.
"12 tahun silam warga sekitar diminta mengumpulkan KK dan KTP, janjinya mau diberikan kompensasi setiap bulan, tapi sampai saat ini belum ada realisasinya," kata wanita paruh baya itu.
Untuk itu, Juwina mengancam akan melakukan aksi unjuk rasa menyetop aktivitas armada batu bara milik Titan Grup. "Bersama masyarakat lain kami sudah capek menghisap debu dan bising, kalau permintaan kami tidak diindahkan kami akan demo," tegasnya.
Menurut Juwina memang ada santunan dari Titan Grup setiap menjelang hari Raya idul Fitri berupa sembako, namun pemberian itu tidak sesuai dengan kondisi yang dialami masyarakat.
BACA JUGA:Dilalui Mobil Sawit, Jembatan Jebol, Uji Coba Kapal Tongkang Batu Bara
BACA JUGA:Kedapatan Muat 28 Ton Batu bara Ilegal, Sopir Truk Ini Ngaku Dibayar Rp 6,6 Juta