Teror Gajah Bikin Cemas Warga, Gangguan Meningkat sejak 2016, Rusak Kebun, Pondok hingga Renggut Nyawa
--
SUMSEL, SUMATERAEKSPRES.ID - Konflik gajah liar dan warga tercatat di tiga daerah di Sumsel. Yakni Musi Rawas (Mura), Muratara, dan OKI. Belakangan makin sering terjadi. Tak hanya merusak kebun, tapi juga rumah/pondok, fasilitas umum bahkan amukan satwa liar ini sampai merenggut korban jiwa.
Di Kecamatan Muara Lakitan, Kabupaten Mura, keresahan warga yang tinggal di kawasan SP5 HTI Tri Anggun Jaya makin menjadi. Teror gajah liar kembali terjadi, Minggu (15/9). Sejumlah pondok-pondok kebun milik warga dibuat hewan-hewan bertubuh besar ini porak poranda.
Kebun warga juga dirusak. AT Zidane, warga setempat mengatakan, hampir setiap malam masyarakat di desa mereka diliputi kecemasan karena serangan gajah liar tersebut. "Sudah 3 tahun ini, tidak kenal musim. Mau hujan atau kemarau, mereka sering datang tiba-tiba. Kebun saya termasuk yang jadi korban," keluhnya.
Warga hanya bisa secara berkelompok mengusir kawanan gajah itu. Sekretaris Desa (Sekdes) Tri Anggun Jaya, Parsono membenarkan aksi kawanan gajah yang hampir tiap malam menyambangi perkebunan warga dan merusak pondok.
"Satu kelompok ada yang 15 ekor, 30 bahkan 40 ekor. Desa kami dikepung gajah," bebernya. Menurut dia, kawanan gajah ini seakan berputar putar di sekitar perkebunan mereka. Mengintai masyarakat yang tengah lengah.
BACA JUGA:Serangan Gajah Liar di SP5 HTI Tri Anggun Jaya. Jalur Lintas Mura-Pali Memutus Perlintasan Gajah
BACA JUGA:Patung Gajah Mada di Kantor Polisi, Wajah Bersih yang Memiliki Makna Mendalam
"Dari arah hutan, suara gajah –gajah itu kedengaran jelas setiap malam," ujarnya. Pihaknya sudah mengingatkan warga untuk berhati-hati dengan kemungkinan serangan gajah liar terutama di malam hari.
Kata Parsono, dulunya kawasan HTI merupakan hutan yang jadi habitat kawanan gajah liar ini. Namun sejak 1992, warga tranmigrasi datang. Pada 2021, pernah terjadi konflik warga dan gajah liar yang mengakibatkan seorang warga tewas.
Sejak dibangunnya jalan lintas Kabupaten Mura-PALI, tensi serangan gajah liar semakin meningkat. Kembali menyebabkan korban jiwa pada 2024 ini. "Sampai sekarang belum ada solusi, BKSDA datang terus data dan lain lain. Kami minta ada solusi jangan sampai ada konflik dengan gajah-gajah itu," jelasnya.
Kepala SKW II Lahat BKSDA Sumsel, Yusmono menejelaskan, serangan gajah meningkat diduga ada pengaruh aktivitas pembukaan jalan lintas Mura-PALI. Dulunya, kawasan itu jalir perlintasan gajah.
Jumlah populasi gajah di kawasan itu berkisar 40-50 ekor. "Bisa saja gajah liar ini terganggu oleh banyaknya aktivitas kendaraan yang lewat di sana. Karena memang itu jalur perlintasan gajah dan wilayah HTI itu sangat dekat dengan jalan baru itu," bebernya.
Pihaknya mengaku dalam waktu dekat, akan mengumpulkan semua pihak mulai dari masyarakat, pemerintah maupun perusahaan yang beraktivitas di wilayah Muara Lakitan." Kita akan rembuk untuk mencari solusi bersama," tutupnya.