BPBD Sumsel Gelar Rakor Cegah dan Mitigasi Karhutla
--
SUMATERAEKSPRES.ID - Pemprov Sumsel melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel menggelar rapat koordinasi pengendalian Karhutla bersama TNI/Polri dan Manggala Agni serta pihak terkait, Jumat (6/9/2024) di kantor BPBD Sumsel. Hadir Sekda Provinsi Sumsel H Edward Candra memimpin rakor tersebut.
Edward Candra mengungkapkan mengingat informasi dari BMKG yang menunjukkan hujan masih minim, dan hujan signifikan diperkirakan baru akan turun pada minggu pertama bulan Oktober. “Kondisi cuaca saat ini masih sangat panas, dan kita perlu mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan kebakaran yang lebih intens,” ujarnya.
Dikatakan Edward untuk menangani masalah Karhutla pihaknya sudah mempersiapkan tim terkait masalah pangan dan sosialisasi, serta langkah-langkah yang akan diambil oleh Satgas Karhutla. “Kita telah menyiapkan Satgas untuk menghadapi kondisi cuaca panas dan lahan yang terbakar. Kita perlu meningkatkan koordinasi dari tingkat Satgas, Provinsi, hingga ke kecamatan dan desa,” tambahnya.
Dalam rapat tersebut membahas kondisi kebakaran yang terjadi dibeberapa wilayah saat ini maupun evaluasi hingga langkah-langkah mitigasi yang harus terus dilakukan guna meminimalisir resiko.
Plh Kalaksa BPBD Sumsel, Aksoni mengatakan rapat ini fokus pada strategi penanganan kebakaran hutan dan lahan, seiring dengan prediksi BMKG yang memperingatkan potensi kebakaran yang meningkat dan seluruh sumber daya harus dialokasikan ke Posko Penanggulangan Kebakaran untuk memadamkan api.
BACA JUGA:7 Daerah Menonjol Karhutla, Terdata 2.600 Hotspot di Sumsel, Oktober Baru Awal Musim Hujan
BACA JUGA:Penutupan Sementara Wisata Bukit Besak akibat Ancaman Karhutla dan Musim Kemarau
"Kita tidak boleh lengah. Indeks kemudahan terbakar saat ini sangat tinggi, dan bahkan puntung rokok bisa memicu kebakaran, terutama di daerah gambut di mana api dapat menyebar ke area yang tidak terlihat," ungkapnya.
Sebagai langkah preventif, berbagai upaya telah dilakukan. Tandon air dan mobil tangki telah disebar ke seluruh wilayah rawan kebakaran, dan 12 relawan per desa telah diterjunkan ke sekitar 200 desa yang dianggap berisiko tinggi. "Masih banyak lagi upaya untuk mencegah dan melakukan pemadaman api karhutla ini, meskipun dengan beragam kendala yang ada di lapangan," katanya.
Menurut Askoni, sebagai bagian dari strategi pencegahan, sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sangat penting agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Selama puncak musim kemarau ini, sangat penting untuk tidak melakukan pembakaran. Sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya dan dampak pembakaran sangat diperlukan.
Terkait dengan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) BPBD Sumsel akan mengajukan teknologi tersebut. Dengan catatan adanya potensi awan hujan untuk dilakukan penyemaian. "jika tidak ada awan, hujan buatan tidak dapat dilakukan," katanya.