Dibalik Polemik Revitalisasi, Ini Sejarah Berdirinya Pasar 16 Ilir Sejak Zaman Kesultanan
Polemik revitalisasi di Pasar 16 Ilir Palembang menuai pro dan kontra terutama dari para pedagang yang menggantungkan hidupnya di pasar tradisional ini sejak lama. Insert: Rancangan terbaru Gedung Pasar 16 Ilir Palembang. -Foto: Dok. Sumateraekspres.id-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Permasalahan revitalisasi Pasar 16 Ilir Palembang sampai saat ini masih terus berpolemik, penolakan dari mayoritas pedagang memunculkan pro dan kontra.
Penyebabnya, karena Pemkot Palembang melalui pihak ketiga PT Bima Citra Realty (BCR) diperintah untuk melakukan revitalisasi dengan merelokasi pedagang ke tempat penampungan sementara di bawah Jembatan Ampera.
Namun, terlepas dari hal itu sebetulnya bagaimana sejarah pendirian Pasar Tradisoonal terbesar dan tertua di Kota Palembang ini, berikut ulasannya :
BACA JUGA:Pedagang Pasar 16 Ilir Laporkan Dugaan Maladministrasi ke Ombudsman Sumsel
BACA JUGA:Segera Relokasi Pedagang Pasar 16 Ilir, Dirikan TPS, Memuluskan Proyek Revitalisasi
Sejarah Berdirinya Pasar 16 Ilir
Pasar 16 Ilir Palembang adalah salah satu pasar tradisional terbesar dan tertua di Kota Palembang, Sumsel.
Pasar ini memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak masa Kesultanan Palembang Darussalam pada tahun 1821.
Terletak di pinggiran Sungai Musi, pasar ini awalnya menjadi pusat perdagangan dan wisata belanja bagi warga Sumsel.
Pada masa kolonial Belanda, sekitar tahun 1906-1920, Pasar 16 Ilir menjadi salah satu pasar utama yang memberikan keuntungan besar bagi pemerintahan kolonial melalui surplus dan pajak.
Pemerintah Kolonial Belanda menetapkan Palembang sebagai Kotapraja pada 1 April 1906.
Yang memberikan otoritas lokal untuk mengelola pasar-pasar besar, termasuk Pasar 16 Ilir.
Pasar ini mengalami berbagai renovasi dan penataan, termasuk pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang menghubungkan pemukiman warga dengan pasar.
BACA JUGA:Pedagang Terima Surat Ultimatum, Diminta Mengosongkan Kios Lantai 3 Gedung 16 Ilir