Persaingan Sengit di Pilgub Sumsel 2024: HDCU vs Matahati, Siapa Unggul?
Pemilihan Gubernur Sumsel 2024 diprediksi bakal berlangsung sengit antara pasangan utama Herman Deru-Cik Ujang (HDCU) dan Mawardi Yahya-Anita Noeringhati (MataHati). -Foto: Dok. Sumateraekspres.id-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Di ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sumatera Selatan (Sumsel) 2024, telah muncul dua pasangan calon (paslon) yang resmi mendeklarasikan diri untuk maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumsel.
Salah satunya adalah mantan Gubernur Sumsel, Herman Deru, yang berpasangan dengan mantan Bupati Lahat dan Ketua DPD Partai Demokrat, Cik Ujang.
Pasangan ini menggunakan singkatan HDCU sebagai identitas mereka dan mengusung slogan "Menyala Abangku."
Mereka didukung oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat.
BACA JUGA:HDCU Dapat Dukungan Langsung dari Tian Storm untuk Jingle
BACA JUGA:HDCU Dapat Restu Gunakan Tagline ‘Menyala Abangku’
Di sisi lain, pesaing utama HDCU adalah mantan Wakil Gubernur Sumsel, Mawardi Yahya, yang berpasangan dengan Ketua DPRD Sumsel, Anita Noeringhati.
Pasangan ini dikenal dengan singkatan Matahati dan mendapat dukungan dari Partai Gerindra, Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Selain kedua pasangan tersebut, ada tiga calon lain yang juga diperkirakan akan bersaing ketat.
Mereka adalah mantan Bupati Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Heri Amalindo, yang berpasangan dengan Poppy Ali; pasangan Holda dan Meli Mustika; serta mantan Wali Kota Palembang, Eddy Santana Putra, yang berpasangan dengan politisi Sumsel, Andi Asmara.
BACA JUGA:Wajib Menangkan MataHati, Instruksi untuk Semua Pengurus-Kader Gerindra di Sumsel
BACA JUGA:Diusung Golkar, MataHati Kantongi 23 Kursi. HAPAL Didukung PKB, Tinggal Tunggu PDIP
Meskipun nama mereka tidak setenar dua paslon utama, mereka tetap didukung oleh partai masing-masing.
Direktur Riset dan Pemenangan Sumsel, Hasmin Aries Pratama, mengungkapkan bahwa kemungkinan besar akan ada paslon lain yang muncul karena beberapa partai politik besar, seperti PDI-Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Hanura, Partai Perindo, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), belum memutuskan calon yang akan mereka usung.