Piala Presiden 2024 Jadi Role Model Transformasi Sepakbola Indonesia
PIALA PRESIDEN : Ketua Umum PSSI, Erick Thohir bersama Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden 2024, Maruarar Sirait menunjukan Piala Presiden kepada awak media saat sesi konferensi pers di Jakarta, Senin (15/7/2024). --
Paling penting transformasi sepakbola mengantarkan Indonesia maju, sebab kemajuan sepakbola itu mencerminkan kemajuan suatu negara. Semua negara maju di dunia ini, maju sepakbolanya. Makanya PSSI melihat olahraga sepakbola harus mampu memberikan multiflyer effect terhadap kemajuan ekonomi, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pelibatan pedagang di ajang ini satu upaya menumbuhkan perekonomian melalui sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal, khususnya yang berada di seputaran home ground stadion sepakbola Piala Presiden 2024. Ara senang UMKM dapat meraup omset berkali lipat dengan ramainya kunjungan penonton.
Apalagi diketahui UMKM merupakan tulang punggung perekonomian dengan kontribusi PDB (product domestic bruto) RI mencapai 61,9 persen atau setara Rp7.614,5 triliun pada 2023, berdasarkan Harga Konstan 2010. Total ada 64,2 juta UMKM di Tanah Air menyerap sebanyak 117 juta tenaga kerja nasional (97 persen). “UMKM harus bahagia, senang, dan dagangannya laku dari event Piala Presiden,” jelas Ara.
Tercatat, pada babak semifinal 1 dan 2 di Stadion Manahan Solo, ada 85 UMKM dengan jumlah penonton di stadion masing-masing 7.820 dan 11.227. Mayoritas mereka berdagang makanan dan minuman kepada para penonton yang hadir menyaksikan langsung “hiburan” sepakbola bersama teman atau keluarganya.
Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan semakin banyak kompetisi sepakbola, semakin baik. “Ada kompetisi Liga 1, Liga 2, kompetisi SSB (Sekolah Sepak Bola), amatir, AFC Asian Cup, dan sebagainya. Semakin sering ikut kompetisi, semakin baik pula untuk sebuah tim,” ujar Presiden usai pembukaan Piala Presiden 2024 kepada awak media, Jumat (19/7). Dan ia melihat sejauh ini (transformasi) sepakbola Indonesia berjalan dengan baik, ditambah lagi ada Piala Presiden.
“Antusiasnya (masyarakat) sangat baik. Ada jeda waktu untuk pemanasan menuju kompetisi Liga 1. Ke depan, kalau ada keberlanjutan Piala Presiden di pemerintahan yang baru akan lebih baik, dan ini sudah saya bicarakan kepada Presiden terpilih, bapak Prabowo Subianto,” ungkapnya.
Diketahui, Piala Presiden 2024 merupakan penyelenggaraan ke-6 kali, setelah sebelumnya digelar tahun 2015, 2017, 2018, 2019, dan 2022. Ada delapan klub sepakbola dari Liga 1 yang menjadi peserta. Mereka dibagi 2 grup, yaitu Grup A meliputi Borneo FC, Borneo FC, Persib Bandung, Persis, Solo, dan PSM Makassar. Sementara di Grup B ada Arema FC, Bali United, Madura United, dan Persija Jakarta.
Tiga stadion terpilih sebagai lokasi penyelenggaran, yakni pertandingan babak penyisihan berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung dan Kapten I Wayan Dipta, Gianyar Bali, sementara babak semifinal dan final di Stadion Manahan, Solo. Seiring besarnya dana sponsor, hadiah untuk para juara pun dinaikkan masing-masing Rp250 juta dari nilai hadiah Piala Presiden 2022.
Rinciannya juara 1 (Arema FC) mendapatkan uang sebesar Rp5,25 miliar, juara 2 (Borneo FC Samarinda) Rp2,75 miliar, juara 3 (Persis Solo) Rp1,75 miliar, dan juara 4 (Persija Jakarta) Rp1,25 miliar.
Keberlanjutan Butuh Dukungan Bersama
Komitmen transformasi sepakbola tentu jangan sampai berhenti di Piala Presiden 2024. Regulasi yang berlaku juga seyogyanya dapat diterapkan di kompetisi sepakbola berikutnya seperti pada Liga 1 musim 2024/2025 yang akan berlangsung. Mulai dari transparansi, fair play, larangan match fixing, standar safety dan security yang tinggi, audit internasional, hingga penggunaan teknologi VAR, beberapa wasit asing yang memimpin pertandingan, serta kuota pemain asing maksimal 8 orang tanpa pembatasan negara.
Hanya memang upaya meningkatkan kualitas sepakbola Indonesia butuh pendanaan yang begitu besar, sehingga tidak bisa mengandalkan dana APBN atau BUMN saja, tapi dukungan semua pihak. Piala Presiden 2024 telah memberikan contoh bagaimana mengoptimalkan sponsorship dari pihak swasta dan transparansi pengelolaan dana. Semakin besar anggaran, semakin baik pula sepakbola Tanah Air.
Sebagai perbandingan, Negara Jepang itu dana asosiasi sepakbolanya mencapai Rp3,4 triliun, Vietnam dan Thailand sebesar Rp1 triliun, sementara Indonesia masih ratusan miliar. Pengamat IT sekaligus Programmer dan Dosen Universitas MDP Palembang, Eka Puji Widiyanto mengatakan teknologi itu mahal, sehingga memerlukan biaya yang besar untuk mengadopsinya pada pertandingan sepakbola, sebagai contoh penggunaan VAR.
“Pemasangan VAR pada setiap stadion itu mahal, lantaran teknologinya dari luar (asing). Satu musim kontrak sewanya mencapai Rp90 miliar,” bebernya. Artinya untuk menghadirkan sepakbola kelas dunia, paling tidak memenuhi stardardisasi teknologi dan anggarannya melampaui biaya yang ada. “Tapi sebenarnya VAR itu hanya alat bantu. Kita masih harus menyiapkan komponen di lapangan terutama SDM mumpuni, seperti wasit, asisten wasit, sampai penjaga garis,” ungkap Eka.
Peningkatan kualitas sepakbola Liga Indonesia akan beriringan dengan peningkatan pada level Asia Tenggara (ASEAN) yang saat ini berada di peringkat ke-6 dan Asia yang kini peringkat ke-28. Target besar PSSI, transformasi sepakbola akhirnya bisa mengantarkan Timnas Indonesia ke level tertinggi sepakbola dunia.