Peminat Kendaraan Listrik Masih Rendah
MOBIL LISTRIK: Berbagai produsen mobil berlomba menawarkan mobil listrik seperti Nissan Leaf. Lewat mobil listrik, pemerintah berusaha wujudkan NZE. -Foto : ist -
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID – Walaupun kendaraan listrik berbagai merek dan varian makin ramai di pasar Indonesia, peminatnya belum sebesar yang diharapkan. Berdasarkan hasil survei, 54,9 persen responden menyatakan tak berminat membeli kendaraan listrik, baik mobil maupun sepeda motor listrik.
Selain itu, terdapat 19,9 persen responden yang berminat membeli motor listrik, 13,9 persen berminat membeli motor dan mobil listrik, serta 5,5 persen berminat membeli mobil listrik. Survei juga memperlihatkan 63,5 persen responden mengaku tidak tahu program subsidi pemerintah untuk mobil dan sepeda motor listrik.
Sebanyak 51,3 persen responden menilai harga kendaraan listrik setelah subsidi masih belum sesuai kemampuan finansial mereka. Meski diklaim lebih ramah lingkungan dan minim biaya perawatan, masih ada sejumlah stigman negatif yang melekat pada kendaraan listrik di mata sebagian masyarakat.
Misalnya terkait harga jual kembali (resale value), kemampuan jarak tempuh, daya tahan terhadap air, ketersediaan charging station, hingga durasi pengisian baterai. Saat ini pun pangsa pasar mobil listrik masih di kisaran 2,7 persen dari total penjualan mobil nasional. Begitu pula dengan pangsa pasar motor listrik yang masih sekitar 1,5 persen dari total penjualan motor di dalam negeri.
BACA JUGA:Punya Pabrik Baterai, Hyundai Bidik Pasar Lebih Luas, Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara mengatakan saat ini pembeli kendaraan listrik, khususnya mobil listrik, didominasi masyarakat kalangan atas. Mobil listrik juga cenderung dibeli bukan sebagai kendaraan pertama.
GAIKINDO menganggap mayoritas konsumen lebih sering mencari mobil dengan harga di bawah Rp400 juta. Sayangnya, belum banyak merek atau model mobil listrik yang tersedia dengan harga seperti itu. “Rata-rata harga mobil listrik masih relatif mahal. Memang ada pembelinya, tapi terbatas,” kata dia.
Terlepas dari itu, GAIKINDO tetap memandang kendaraan listrik sebagai bagian dari masa depan industri otomotif. Namun, kembali lagi, transisi menuju era kendaraan listrik tak bisa dilakukan secara instan.
Franciscus Soerjopranoto (Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia, HMID) menilai, kekhawatiran terhadap keandalan mobil listrik sebenarnya sudah bisa diatasi seiring kemajuan teknologi. Sebagai contoh, saat ini sudah mulai bermunculan mobil listrik yang bisa melaju hingga lebih dari 500 kilometer di Indonesia. “Kami juga berinisiatif memperbanyak fasilitas charging station,” kata Soerjo. (*)