Sulap Limbah Sampah Jadi Unsur Hara
Pemanfaatan Eco Enzim oleh Kebun Buddhi untuk Lingkungan (Bagian Pertama)
Beda penalaran maupun beda bidang studi, tak membuat Ivonne Setiawati SIKom MM enggan belajar studi lainnya. Kiat dirinya mengetahui lebih detail pengelolaan sampah yang tepat, membuat Ivonne belajar mengenai Eco Enzim ”Biowash”. Dari pelajaran itu dia mengubah sampah organik rumah tangga menjadi unsur hara penyubur tanaman.
Ibnu Holdun – PALEMBANG
ENZIM pengubah limbah rumah tangga, makanan, buah-buahan serta tulang belulang dan nabati lainnya sebenarnya merupakan penemuan salah satu keluarga Ivonne, bernama Buddhi. Dimulai dari kegemarannya memakan sayur mayur atau vegetarian membuat dirinya tertarik mengelola limbah rumah tangga menjadi eco enzim. Selanjutnya menjadi salah satu teknik pengelolaan limbah organik menjadi pupuk atau penyubur tanaman.
Berkunjung ke kebun Buddhi, letaknya di Jl Talang Buluh, Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin, sedikit menyita waktu. Ingin berkunjung ke sana ada tiga jalur alternatif. Pertama Jalan Poros Palembang-Banyuasin, masuk lewat Jalan Talang Buluh. Bisa juga dari Perumahan Jayaraya Elektornik. Jalur lainnya dari arah Gandus Palembang.
Mendekati pertigaan perumahan kompleks Jayaraya, bisa lihat pagar tinggi dengan lukisan dan tulisan Kebun Buddhi. Kebun itu seluas kisaran 1,5 hektare. Di dalamnya banyak beragam tanaman serta kolam ikan. Di sisi depan ada tempat santai serta pengurus kebun,
sedangkan bagian belakang terdapat sebuah rumah kebun “Gardenship”.
Rumah kebun itu diklaim sebagai rumah kebun pertama yang menggunakan eco enzim. Pendiri rumah merupakan Direktur, Co – CEO Waste Plant, Andrew Hayim De Vries. Pria asing asal Australia ini mengembangkan eco enzim temuan anak bangsa Indonesia lantaran tertarik dengan teknik gardenship dan biowash di Palembang.
Eco enzim lazimnya disebut biowash merupakan bahan atau produk yang dapat membuat limbah rumah tangga menjadi pupuk organik. Sekilas Ivonne tidak memberi tahu resep atau bahan apa yang terkandung dalam Biowash. Hanya saja, menurutnya, jika memang ada petani yang ingin belajar. Dengan senang hati mereka memberikan pelajaran.
Bagi petani atau masyarakat umum sekadar ingin membeli pupuk organik juga tak masalah. Pastinya eco enzim yang kemudian menjadi Biowash ini dapat mengubah bahan organik menjadi unsur hara dengan gizi bagi tumbuhan sangat tinggi. “Secara tidak langsung kita sebut Biowash dapat mengubah bahan organik menjadi tanah hitam dengan humus yang sangat tinggi,” ujarnya.
Ivonne menyempatkan diri mempraktikkan penggunaan Biowash, dimana Biowash itu satu liternya bisa dicampur dengan air biasa sebanyak 30 liter. “Selanjutnya bahan baku ini bisa disiramkan atau direndam dengan limbah rumah tangga. Seperti halnya sisa buah-buahan, kulit buah, dedaunan, sisa isi perut ayam, isi perut sapi, hingga sisa nasi dari rumah makan,” ujarnya sembari menyibakkan air ke dalam wadah yang telah berisi media bahan baku pupuk organik.
Setelah semuanya rata tersiram ataupun diaduk, kemudian bahan diletakkan di tanah biasa. “Bisa juga diletakkan dalam media tanam, kemudian ditimpa tanah. Bahan baku akan berubah menjadi tanah hitam kurang lebih 1 minggu. Sudah kita teliti, unsur yang ada dalam bahan baku setelah dicampur eco enzim, berubah menjadi unsur yang sangat diperlukan tanaman,” ungkapnya.
Begitupula di lahan kering, akibat eco enzim yang telah dicampur sedikit banyak menggemburkan lahan tanah. Karena eco enzim juga bisa membuat cacing tanah berkembang biak. “Cacing tanah merupakan salah satu penggembur tanah secara alami. Cacing tanah ini mampu membuat tanah menjadi gembur dan subur. Cacing ini sendiri jika terkena eco enzim Biowash hidupnya akan lebih baik,” ungkapnya.
Ivonne berharap apa yang dilakukan dapat menarik minat generasi muda, tentang bagian dan tanggung jawab makhluk hidup di atas bumi. “Kaum muda adalah harapan masa depan, solusi apa yang kita hadapi saat ini. Lewat orang tua, guru dan media kami berharap dapat memberikan dampak kesadaran bagi mereka untuk mulai melakukan sesuatu yang dapat menyelamatkan bumi di masa depan,” ungkapnya. (*/fad/)