https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Musim Kemarau Kok Masih Hujan? Ini Penjelasan BMKG

HUJAN: Meski saat ini memasuki musim kemarau namun Kota Palembang masih sering dilanda hujan, ini penjelasan BMKG. FOTO: BUDIMAN/SUMEKS--

BACA JUGA:WADUH! Sumsel kini dilanda cuaca panas, Ini Penjelasan Kepala BMKG Sumsel

Tetapi ia  jugamenekankan bahwa meskipun musim kemarau, hujan masih dapat terjadi, walaupun dengan intensitas curah hujan di bawah 50 mm per dasarian.

Guswanto juga menyebutkan bahwa ada potensi peningkatan curah hujan yang signifikan dalam sepekan ke depan di beberapa wilayah Indonesia. 

Hal tersebut dikarenakan dinamika atmosfer skala regional hingga global yang signifikan, termasuk aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. 

Di samping itu, suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia juga ikut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah tersebut.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5 - 11 Juli 2024. 

Wilayah-wilayah tersebut meliputi Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.

BACA JUGA:Hujan Deras Picu Longsor di Sekayu, Jalan Merdeka Terkena Imbas

BACA JUGA:Hujan Deras 'Sambut' 444 Jemaah Kloter 13 di Bandara SMB II Palembang, Begini Suasananya!

Andri juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir bandang, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.

Terkait cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es yang terjadi di Sawangan, Kota Depok pada tanggal 3 Juli lalu, Andri menjelaskan bahwa kejadian tersebut disebabkan oleh awan Cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat konveksi kuat di wilayah tersebut.

Proses hujan itu bisa terjadi akibat kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer lapisan atas, dimana es yang terbentuk memiliki ukuran besar. 

Saat es tersebut turun ke lapisan atmosfer yang lebih rendah dan hangat, terjadi hujan. 

Tetapi, tidak semua es mencair sempurna, sehingga terjadi hujan es, dimana suhu puncak awan Cumulonimbus mencapai minus 80 derajat Celcius.

Pergantian serta transisi musim saat ini sulit diprediksi karena beberapa faktor, oleh karena itu ada baiknya bagi masyarakat yang kerap beraktivitas di luar ruangan untuk berhati-hati dan mengantisipasi datangnya hujan.(lia)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan