Pupuk NPK Gandakan Panen Kopi, Dari Program Makmur Pusri, Petani Raup Puluhan Juta
PRODUKSI PUPUK : Petugas pabrik PT Pusri Palembang sedang bongkar muat pupuk usai diproduksi. Tak hanya memproduksi pupuk urea, Pusri juga menawarkan pupuk NPK khusus, seperti untuk tanaman kopi, ubi, dan lainnya. Pupuk NPK diyakini melipatgandakan hasil -foto: evan/sumeks-
Apalagi penebarannya tidak sebanyak pupuk subsidi yang mencapai 3 kuintal per hektar, NPK Kopi cukup 1,5-2 kuintal per hektar per tahun. “Dulu para petani lumayan berat mentalnya membeli pupuk non subsidi karena alasan harga, sekarang sudah lihat hasilnya mereka merasa wajib pakai NPK Kopi,” sebutnya.
Sementara setiap kali panen kelompok taninya menjual kopi dalam bentuk green bean yang sudah kualitas ekspor. Mereka tak menjual ke pengepul, tapi langsung ke industri kopi di Teluk Betung, Bandar Lampung. “Kalau di sini harga kopi asalan (petik campur) itu Rp36 ribu per kg, sementara green bean Rp40 ribu per kg. Karena kami jual langsung ke pabrik harganya Rp44 ribu per kg, lumayan Rp4 ribu-nya bisa untuk beli pupuk non subsidi,” tegasnya.
Dengan nilai segitu, pendapatan kotor petani kopi mencapai puluhan juta, tepatnya Rp66 juta untuk produksi 1,5 ton, dikurangi biaya pupuk, upah mutil, jemur, giling kopi Rp20-25 juta, berarti pendapatan bersih petani sebesar Rp41 juta per hektar per tahun.
Pembinaan Pusri pun terus berlanjut. Lewat Program Makmur, industri pupuk ini tak hanya membantu di sektor hulu seperti penyediaan pupuk, pendampingan dan pengelolaan budidaya tanaman, sekolah kopi, tapi juga di sektor hilir meliputi penyediaan akses permodalan bagi petani dan perlindungan asuransi pertanian.
“Kami difasilitasi mendapatkan KUR (kredit usaha rakyat) di perbankan. Dulu petani takut minjam uang ke bank, takut asetnya kena sita,” terang Jarman. Sekarang setelah masuk Program Makmur, petani berani kredit misalnya untuk membeli pupuk, apalagi bunga KUR rendah. “Mungkin 70-80 persen petani kita sudah mengambil pinjaman modal ke perbankan,” cetusnya. (fad)