Deteksi Dini, Cegah Kerusakan Hati Fatal
dr. Vidi Orba Busro, Sp.PD.KGEH-foto: ist-
Pencegahan tersier, dilakukan pada penderita yang sudah terjadi komplikasi, untuk menghambat perkembangan penyakit yang lebih seriu yang sulit ditangani.
Katanya, Hepatitis B sering kali tidak menimbulkan gejala pada awal infeksi sehingga penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Akibatnya, penderita dapat menularkan penyakit ini tanpa disengaja.
"Sementara itu, pengobatan pada hepatitis B kronis adalah dengan obat antivirus untuk menghambat kerusakan jaringan hati yang lebih luas,"katanya lagi.
Hepatitis B yang terjadi kurang dari 6 bulan disebut hepatitis B akut, sedangkan infeksi yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut hepatitis B kronis.
BACA JUGA:Bukan Cuma Gatal, Ini 5 Gejala Infeksi Jamur pada Vagina
BACA JUGA:Infeksi Telinga pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Pasien hepatitis B kronis perlu rutin kontrol ke dokter agar efektivitas pengobatan dan perkembangan penyakit dapat diketahui. "Hepatitis B kronis dapat menyebabkan kerusakan organ hati. Jika kerusakan hati cukup progresif, dokter mungkin akan menganjurkan prosedur transplantasi hati. Namun, layanan masih sulit dilakukan di Indonesia "katanya.
Dengan penanganan yang tepat dan gaya hidup sehat, penderita hepatitis B dapat hidup normal. Hepatitis B tidak menular dari ibu ke anak ketika menyusui. Penularan hepatitis B dari ibu ke anak dapat terjadi saat ibu yang menderita hepatitis B melahirkan lewat jalan lahir. "Kunjungan rutin ke dokter kandungan selama hamil sangat penting, guna mendeteksi hepatitis B sejak dini,"sebutnya lagi. (nni/lia)