Dalam 2 Bulan, 2 Bus Ditabrak KA di OKU Timur, Kades Memohon Palang, Tak Cukup Andalkan Sukarelawan Tanpa Gaji
Kepala Desa (Kades) Kota Baru, Hendri Susanto, memohon kepada PT KAI agar segera memasang palang pintu di perlintasan kereta api tersebut.-Foto: Kholid/sumateraekspres.id-
OKU TIMUR, SUMATERAEKSPRES.ID – Kecelakaan maut melanda wilayah OKU Timur, Sumatera Selatan, dengan dua insiden bus yang ditabrak kereta api (KA) dalam kurun waktu dua bulan terakhir.
Insiden terbaru melibatkan Bus Putra Sulung BE 7037 FU jurusan Belitang-Jakarta, yang bertabrakan dengan KA Penumpang Rajabasa.
Kecelakaan tragis terjadi di pelintasan rel tanpa palang pintu, Jalan Pertanian Desa Kota Baru, Kecamatan Martapura, pada Minggu, 21 April 2024, sekitar pukul 13.00 WIB.
Dalam insiden tersebut, Nazarudin Asof (19), seorang warga Desa Karang Endah BK 16, menjadi korban jiwa.
BACA JUGA:Identitas Sopir dan Kernet Bus Putra Sulung yang Hilang Setelah Ditabrak Kereta Api Rajabasa
Selain itu, puluhan penumpang lain mengalami luka-luka, beberapa di antaranya masih dirawat di rumah sakit.
Kecelakaan serupa juga terjadi dua bulan sebelumnya di titik yang sama, melibatkan Bus Putra Remaja dan KA Babaranjang.
Menyikapi kecelakaan yang berulang, Kepala Desa (Kades) Kota Baru, Hendri Susanto, memohon kepada PT KAI agar segera memasang palang pintu di perlintasan kereta api tersebut.
Hendri mengatakan bahwa Jalan Pertanian tersebut merupakan jalur lintas provinsi yang ramai dilintasi kendaraan, menghubungkan Martapura-Belitang atau Martapura-Palembang jalur Komering.
BACA JUGA:Bus Penumpang Bertabrakan dengan Kereta Api di Martapura OKU Timur, Satu Korban Dilaporkan Tewas
BACA JUGA:Pemerintah Kabupaten Lahat Melakukan Pemantauan Ketat di Jalur Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang Pintu
"Perlintasan itu sudah sangat sering menelan korban. Tapi sampai saat ini belum ada upaya untuk pemasangan palang pintu atau pengamanan lainnya. Sekitar dua bulan lewat juga ada kejadian bus ditabrak kereta," jelas Kades Hendri.
Hendri juga menyayangkan keterbatasan pengamanan saat arus mudik dan arus balik, di mana perlintasan kereta api jalan pertanian dijaga oleh sukarelawan yang tidak digaji.
Hal ini menimbulkan keresahan bagi masyarakat dan pengendara, dengan desakan untuk peningkatan keamanan di lokasi perlintasan tersebut.