Mitigasi Perbankan Tetap Terjaga
TRANSAKSI KAS: Nasabah sedang antre melakukan transaksi kas di hall banking Bank Mandiri. Di tengah penguatan dolar Amerika Serikat, industri perbankan seperti Bank Mandiri tetap mampu memitigasinya dengan baik sehingga tak berdampak pada permodalan bank.-Foto : KRIS SAMIAJI/SUMEKS -
“Kami berkomitmen untuk terus mengoptimalkan pengelolaan aset dan liabilitas agar dapat mengantisipasi gejolak pasar yang terjadi. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Kementerian BUMN agar perusahaan BUMN dapat mengantisipasi gejolak pasar uang akibat perkembangan geopolitik saat ini dengan menjaga secara proposional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga dan harga minyak,” terang Ali.
Bank berlogo pita emas itu juga memastikan kondisi fundamental berada dalam keadaan sehat. Dengan tingkat pemodalan yang kuat sebagai buffer apabila ada shock terhadap perekonomian dan pasar keuangan. Penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah memang secara tidak langsung memang berdampak pada penghimpunan DPK valas guna mendukung ekspansi bisnis dan kebutuhan likuiditas perseroan.
Sampai Februari 2024, Bank Mandiri telah menghimpun DPK sebesar Rp1.209 triliun. Tumbuh 5,77 persen YoY dengan DPK valas senilai US$17,3 miliar. Ditopang oleh giro valas yang tumbuh 4,35 persen mencapai US$12,7 miliar. Sedangkan, posisi loan to deposit ratio (LDR) valas dapat terjaga di bawah 90 persen.
“Ke depannya, untuk mendorong pertumbuhan DPK Valas, terutama bagi nasabah eksportir, Bank Mandiri menyediakan produk wholesale dan international banking, solusi trade, dan layanan cash management yang komprehensif melalui Kopra by Mandiri maupun Livin’ by Mandiri,” urainya. (jp/fad)