Entaskan Macet, Optimalkan Angkutan Massal
JALAN MACET : Jalanan di Kota Palembang rawan macet, salah satunya di kawasan Jakabaring dan Jembatan Ampera lantaran padatnya kendaraan, tidak diimbangi dengan perluasan jalan raya. Upaya mengatasi macet salah satunya terus menggenjot pembangunan infrast--
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Pertumbuhan jumlah penduduk diperkirakan semakin tinggi dalam 20 tahun ke depan, menimbulkan permasalahan kemacetan di Kota Palembang yang semakin rumit jika tidak diupayakan dari sekarang.
Upaya pemerintah kota melalui pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan bukan menjadi satu-satunya solusi jangka panjang, apalagi secara luasan tidak bertambah namun jumlah penduduk semakin padat nantinya.
BACA JUGA:Integrasi Antar Moda Wujudkan GNKAU, Tuntaskan Kemacetan Tekan Emisi Karbon
Kepala Bappeda Litbang Kota Palembang, Harrey Hadi MS, mengatakan, pengentasan kemacetan sebenarnya terus diupayakan pemerintah misalnya ada proyek skala nasional yaitu program Patung Raya (Palembang-Betung-Indralaya) dimana konektivitasnya saat ini sudah jalan (jalan tol, red).
"Kita berharap dari Lampung masuk Palembang, nyambung ke Betung. Jalan Tol Kapal Betung mempercepat mobilisasi orang maupun barang sehingga menurunkan high cost dan masyarakat lebih aktif dalam perekonomian," terangnya, kemarin.
Untuk dalam Kota Palembang, lanjutnya, beberapa proyek pembangunan jembatan sedang dan akan terus dibangun sebagai upaya pengurangan kemacetan di Kota Palembang.
"Sekarang sedang ada pembangunan Flyover Simpang Sekip yang hampir selesai dan ini bisa berdampak pada pengurangan kemacetan di Kota Palembang," jelasnya.
Kendati untuk rencana pembangunan underpass Simpang Charitas mengalami stagnan. Dalam upaya mengatasi kemacetan di perkotaan, upaya pembangunan infrastruktur jalan atau jembatan bukan satu-satunya.
"Saya kira satu-satunya upaya efektif mengatasi persoalan kemacetan ini yaitu bagaimana memanfaatkan angkutan massal secara optimal," ujarnya lagi.
Apalagi di Kota Palembang ini sudah tersedia fasilitas angkutan massal yang terintegrasi seperti LRT, BRT, feeder, dan angkutan sungai. "Seyogianya kita sudah tidak lagi menggunakan kendaraan pribadi karena sekarang satu orang bisa punya 2 sampai 4 kendaraan," sebutnya.
Kalau tidak, Palembang bisa saja seperti Jakarta menerapkan ganjil genap seiring peningkatan jumlah penduduk dan kendaraan yang terus bertambah.
"Jika tahun 2045 jumlah penduduk kita meningkat hampir 5 juta, kita bisa pastikan bagaimana luas kota Palembang yang plus minus 352 km persegi tidak bisa menampung semua. Harus ada strategi pemanfaatan angkutan massal," pungkasnya.
Sementara, berdasarkan data Satlantas Kota Palembang, ada 12 titik lokasi rawan macet yang ada di Kota Palembang, yaitu Jl. Kolonel H Burlian depan Pasar Km 5, Jl Sultan M Mansyur Jembatan Musi 6, Jl KH Azhari Jembatan Musi 4, Jl Dr M Isa Simpang Tanah Tinggi, Jl Basuki Rahmat Depan RM Pagi Sore, Jl MP Mangkunegara Simpang Seduduk Putih.