Korban Musibah Banjir di Muratara Bertambah, 2 Meninggal Dunia, 1 Masih Dicari
Banjir Muratara: Penemuan Korban Tenggelam. Foto: izul/sumateraekspres.id--
Pihak Basarnas juga mengkonfirmasi bahwa proses pencarian korban tenggelam di aliran sungai terhambat oleh derasnya arus sungai dan banyaknya endapan lumpur akibat banjir.
"Informasi yang kami peroleh menunjukkan bahwa banjir hulu di wilayah Kabupaten Muratara merupakan banjir terbesar dalam puluhan tahun terakhir.
"Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan intensitas curah hujan di wilayah aliran sungai Rupit dan Rawas, penanaman kelapa sawit yang marak di sepanjang tepian sungai, perambahan hutan, dan aktivitas penambangan emas ilegal di hulu sungai," ungkap koordinator pendataan bencana banjir dan Stap Bupati Kabupaten Muratara, Suhardiman.
BACA JUGA:Mobil Honda Yaris Hitam Teronggok di Tengah Pekebunan di Muara Beliti, Begini Dugaan Polisi
BACA JUGA:Mayjen TNI Yanuar Adil Ungkap Harapan untuk Penggantinya Sebagai Pangdam II/Sriwijaya, Apa Saja?
Dia juga menyebutkan bahwa sebanyak 2.839 kepala keluarga di Kecamatan Karang Jaya, Kabupaten Muratara, Provinsi Sumatera Selatan, terdampak oleh banjir, dengan 49 rumah rusak berat atau hanyut, 7 jembatan putus, dan 10 puskesmas terendam.
Saat ini, banjir di wilayah hulu di Kecamatan Karang Jaya sudah surut, namun mengarah ke wilayah hilir sungai seperti Kecamatan Rupit, Karang Dapo, dan Rawas Ilir.
"Dampak terparah terjadi di Kecamatan Karang Jaya, di mana terdapat 49 rumah rusak berat atau hanyut, 7 jembatan putus, dan 11.356 jiwa terisolir," jelasnya.
Pendataan terus dilakukan oleh tim di lapangan, dan Pemerintah Daerah segera melakukan langkah penanggulangan bencana dan rehabilitasi pascabencana.
BACA JUGA:Komisaris PTPN I Beri Peringatan: Ancaman Pestalotiopsis dan Fluktuasi Harga Perlu Diwaspadai
BACA JUGA:PENGUMUMAN, Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar dan Jadwalnya!
"Informasi yang kami dapatkan menyebutkan bahwa potensi banjir masih akan berlangsung hingga akhir April 2024. Warga yang tinggal di tepi sungai diminta untuk tetap waspada, dan tidak membiarkan anak-anak bermain di tepian sungai Rupit dan Rawas yang sedang mengalami peningkatan volume air," tutupnya.
(Izul)