Menumbuhkan Rasa Cinta Kepada Kaum Mustadh’afiin (Fakir Miskin)
Dr H Syarief Husein SAg MSi-foto ist -
Oleh : Dr H Syarief Husein SAg MSi
Widyaiswara Balai Keagamaan Palembang
==========================
SUMATERAEKSPRES.ID - Kita ditakdirkan Allah Swt., Rabbul Alamiin, Tuhan Penguasa alam semesta, bertemu di hari raya Idul Fitri tahun 1445 H/2024 M. Hari raya ini menjadi pertanda bahwa kita telah selesai melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Allah Swt., memberikan kelebihan dan keberkahan umur kepada kita sampai hari ini, hingga kita merasa bahagia, dan kebahagian tersebut dimanipestasikan dengan bentuk syukur melalui lantunan kalimat takbir, tasbih, tahmid dan tahlil.
Dengan kalimat dzikir ini pula kita buktikan bahwa dalam setiap jengkal langkah kaki dan ayunan tangan kita dalam meniti kehidupan ini untuk menomorsatukan bahwa hanya Allah jua yang menjadi tujuan hidup kita.
Lantunan dzikir tersebut terus kita kumandangkan dan kita resapi makna serta keagungan-Nya kedalam hati sanubari dan kalbu kita, masuk menerobos dalam kerahayuan, bahkan berusaha sampai kita masuk ke liang kubur pun diiringi dengan lantunan dzikir yang diuntai dengan doa-doa dan harapan.
Kita sekarang masih berada di alam dunia, dan di sini serta pada waktu sekaranglah kita diberikan kesempatan untuk menebar kasih menuang sayang serta menebar amal shaleh. Jadikanlah diri kita menjadi hamba-hamba Allah yang pandai membenahi diri, pintar menata sikap dan cerdas membangun perilaku serta cekatan menyemai amal kebajikan. Hamba Allah yang baik itu adalah hamba yang sadar bahwa ia harus memberikan manfaat bagi orang lain.
BACA JUGA:Opini Capaian Kualitas Sedang
BACA JUGA:Pemerintah Kabupaten OKU Timur Pertahankan Opini WTP 11 Berturut-Turut
Oleh sebab itu hamba Allah yang baik membutuhkan hati yang bersih, jiwa jernih, pikiran yang tenang, demi tumbuh suburnya iman, tumbuh dan berkembangnya rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama. Manusia-manusia yang memiliki hati dan fikiran jernih, akan melahirkan aura wajah berseri, semakin rendah hati, semakin sempurna jiwa tawadhu, maka semakin sempurna pula akhlak dan perilakunya. Kejernihan hati dan pikiran akan melahirkan perasaan menghormati, memuliakan dan mencintai kepada sesama.
Memuliakan manusia dengan fitrahnya sebagai insan penebar kasih sayang. Manusia-manusia bijak akan lahir setelah ditempa dalam kawah chandradimuka puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan telah melahirkan manusia-manusia pilihan yang sangat pekak kepada sesama dan lingkungannya yang mustadh’afin (kaum yang lemah).
Mereka sanggup mengejawantahkan firman Allah dalam Hadits Qudsi: Hai sekalian manusia, ingatlah! bahwa kalian diciptakan dari satu rahim (Siti Hawa) dan Rahim adalah salah satu nama-Ku, maka barangsiapa yang mampu mengikat, mempererat silaturrahim maka ia benar-benar telah mengakui kepada-Ku sebagai Tuhannya dan barang siapa memutus silaturrahim (kasih sayang) maka ia telah mengingkari Aku sebagai Tuhannya.
Manusia-manusia yang lahir setelah ditempa dengan ibadah- ibadah bulan suci Ramadhan, lalu disempurnakan dengan mengeluarkan berzakat fitrah, maka pastilah ia menjadi manusia yang kembali kepada fitrah (kesucian) nya, Ketahuilah! sebenarnya jauh-jauh hari kita sudah diajari oleh Allah untuk berkasih sayang. Karena kasih sayang juga merupakan fitrah dari Allah untuk makhluk-makhluk-Nya. Sejak dari zaman ajali (ruh) Allah sudah mengajari kita kasih sayang. Perhatikan kandungan hadits Qudsi berikut: