Serunya Menjemput Lebaran

Oleh : Aslamia Rosa Dosen Konsentrasi Pemasaran, Jurusan Manajemen FE Unsri--

SUMATERAEKSPRES.ID - Sekitar seminggu ini aroma kue yang sedang dimasak oleh tetangga saya menyeruak ke rumah-rumah di sekitarnya, mengisyaratkan si tetangga sedang menyiapkan beberapa jenis kue untuk Lebaran. 

PAGI ini dua hari menjelang Idulfitri (Senin, 8 Maret) saya harus ke pasar tradisional dekat rumah, nampak semua pedagang sibuk, seolah apa pun yang dijual laris manis, serta suasananya sudah bisa ditebak yaitu penuh sesak, orang-orang berdesakan di lorong-lorong pasar, aroma daging, ikan, ayam, sayur, keringat manusia, serta hingar bingar suara manusia dan penggilingan kelapa bercambur aduk menjadi satu.

BACA JUGA:Siagakan 16 SPBU Kantong, Di Titik Rawan, Pertamina Patra Niaga Pastikan Stok Lebaran Aman

BACA JUGA:Ini Tipsnya! Rumah Aman, Mudik Lebaran Nyaman dan Tenang, Boleh Titip Kendaraan di Kantor Polisi Terdekat

Tidak tahan berlama-lama karena napas sudah mulai sesak dan tiba-tiba tubuh menjadi lemas saya putuskan untuk segera pulang. Menjelang Lebaran kegiatan konsumsi masyarakat mengalami perubahan, bukan itu saja sebelumnya menjelang bulan Ramadan perilaku konsumsi masyarakat mulai mengalami perubahan, yaitu masyarakat mulai menyiapkan kebutuhan untuk menu menyambut bulan Ramadan. 

Kebiasaan masyarakat adalah perlu untuk menyiapkan lauk untuk sahur pertama makanan yang “berkelas” salah satunya rendang, selanjutnya selama menjalani ibadah puasa masyarakat memburu bahan-bahan makanan untuk dibuat takjil maupun lauk makan setelah berbuka puasa. 

Perubahan perilaku konsumsi ini makin seru dan mencapai puncaknya menjelang akhir bulan Ramadan, karena masyarakat pun kini perlu menyiapkan makanan yang baik dan kualitas tinggi sebagai rasa syukur telah melalui bulan suci Ramadan dan kembali fitri ketika mamemasuki bulan Syawal. 

Dampaknya pasar-pasar tradisional diserbu oleh masyarakat sehingga penuh sesak. Sebelumnya mal-mal dan toko pakaian, sandal dan sepatu juga menjadi sasaran untuk diserbu oleh masyarakat, ternyata persiapan masyarakat pun bukan hanya dari makanan akan tetapi pakaian pun perlu disiapkan, alias harus membeli baju baru untuk menyambut Idulfitri. 

Konsumsi yang tergolong besar ini sangat mungkin dipicu oleh Tunjangan Hari Raya yang diberikan kepada karyawan baik oleh pemerintah maupun perusahaan swasta kepada setiap karyawannya. 

Mengamati kondisi tersebut siapakah yang diuntungkan? Nungkinkah ada pihak yang dirugikan? Jawabannya sudah pasti banyak pihak yang diuntungkan. Dari sisi ekonomi tentunya roda perekonomian berjalan menjadi lebih cepat, konsumsi yang mendadak besar oleh masyarakat memberikan pertambahan penghasilan masyarakat yang pada gilirannya memberikan peningkatan pada penghasilan pemerintah daerah.

Secara psikologi kebutuhan dan hasrat masyarakat sebagai konsumen terpenuhi. Akan tetapi karena didorong oleh kebutuhan dan rasa takut barang yang diincar habis atau tidak kebagian menyebabkan orang menjadi tidak rasional. Sebaliknya perilaku negatif sebagian penjual yang menaikkan harga “tanpa perhitungan” itu seolah bergayung sambut, harga barang yang dijual dinaikkan secara tidak logis alias tidak sesuai dengan kualitas. Bagi pembeli daripada tidak ada lebih baik dibeli. 

Mengamati kondisi di atas sebenarnya sudah bisa dipahami bahwa perilaku penjual ingin mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, permintaan meningkat maka ditanggapi dengan meningkatkan harga jual. Ada yang menanggapinya dengan “berlebihan” ada yang menanggapinya dengan logika dan perasaan peduli. 

Sehingga kita tidak bisa menganggap semua penjual bertindak negatif, mekanisme pasar seperti itu wajar-wajar saja terjadi selama tidak merugikan konsumen. Jadi tergantung dengan kepeduliannya kepada sesama juga ya, harga bisa meningkat namun dengan wajar. Kondisi lain penyebab kenaikan harga ini juga sudah terjadi di tingkat hulu yaitu produsen atau penyalur sehingga pengecer mau tidak mau harus menaikkan harga. 

Harapan saya sebagai orang yang mewakili konsumen bahwa kebutuhan apa pun sebaiknya ditanggapi dengan logika atau mempertimbangkan kebermanfaatan barang ataupun jasa yang akan dibeli. Bolehkah bertindak impulse? Atau belanja tanpa pertimbangan, tiba-tiba memutuskan untuk membeli tanpa ada pertimbangan sebelumnya? Tentu boleh-boleh saja asalkan barang tersebut berharga murah, untuk belanja barang yang harganya mahal perlu dengan pertimbangan yang baik. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan