Fenomena El Nino dan La Nina, Apa Perbedaannya
Saat El Nino terjadi, kekuatan angin pasat dan monsoon akan melemah. Sedangkan saat terjadi La Nina, kekuatan angin pasat serta monsoon akan meningkat.-foto: pars today-
SUMATERAEKSPRES.ID-Pola perubahan iklim dapat memengaruhi cuaca secara global. Dampak yang dihasilkan juga dapat merugikan. Salah satu fenomena iklim yang kerap kita dengar adalah El Nino dan La Nina.
Memang, apa perbedaan antara keduanya? Apa yang menyebabkan fenomena tersebut terjadi? Apa saja dampak yang ditimbulkan?
Apa yang Dimaksud dengan El Nino dan La Nina?
El Nino adalah fenomena meningkatnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian timur. Permukaan laut yang lebih hangat kemudian bergeser dari barat (Amerika) ke arah timur (Indonesia). Saat fenomena ini terjadi, curah hujan di wilayah barat meningkat. Sebaliknya, kawasan timur mengalami kekeringan.
BACA JUGA:Cuaca Ekstrem El Nino Masih Betah, Ini Cara Kementan Bantu Petani Jaga Ketersediaan Pangan
Sementara itu, La Nina adalah fenomena menurunnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik. Menyebabkan pergeseran arus hangat dari Papua ke Amerika, serta perubahan curah hujan di keduanya. Kawasan timur menjadi lebih lembap, sedangkan kekeringan menimpa kawasan di negara bagian barat.
Sederhananya, jika dilihat dari pergerakan angin pasat, El Nino merupakan kebalikan dari kondisi normal. Sedangkan, La Nina tidak jauh berbeda dengan keadaan normal, hanya saja cuacanya menjadi lebih ekstrem. Dapat dikatakan, El Nino & La Nina merupakan perwujudan dari ‘perubahan iklim’.
Dampak El Nino sebabkan kekeringan lahan pertanian. foto: merdeka.com
Apa yang Menyebabkan El Nino La Nina?
BACA JUGA:Musim Hujan Bakal Pendek, Anomali Cuaca Akibat El Nino Berlanjut hingga Maret 2024
Nah, berikut ini adalah hal-hal yang menyebabkan fenomana alam satu ini terjadi, dan tentunya ada beberapa faktor berbeda. Apa saja?
1. Garis khatulistiwa
Penyebab utama terjadinya fenomena di atas tidak dapat dipungkiri karena letak garis khatulistiwa. Permukaan air laut di sekitar garis khatulistiwa suhunya lebih hangat (dibandingkan kawasan lain) sepanjang tahun. Peningkatan suhu yang terjadi di saat tertentu menyebabkan atmosfer juga ikut ‘memanas’.
2. Interaksi laut-atmosfer
Interaksi laut-atmosfer tidak hanya meningkatkan suhu, tetapi juga menyebabkan perubahan tekanan udara sampai terbentuknya awan di atas permukaan laut. Singkatnya, perubahan atmosfer juga menentukan kekuatan angin pasat yang datang. Alhasil, hal ini yang kemudian memengaruhi perubahan iklim dan cuaca yang terjadi pada suatu kawasan.
3. Sirkulasi Walker
Sirkulasi Walker merupakan akibat dari tinggi-rendahnya tekanan udara di wilayah tertentu. Sirkulasi yang terjadi berputar sejajar dengan garis khatulistiwa. Ketika angin pasat melemah dan siklusnya menurun, curah hujan akan sangat berkurang. Sebaliknya, ketika siklusnya meninggi akan menimbulkan curah hujan yang tinggi.
4. Angin monsoon
Terdapat 2 jenis angin Monsoon, yaitu Monsoon Timuran dan Monsoon Baratan. Monsoon timuran bergerak dari timur pada bulan April-Oktober dan merupakan indikator musim kemarau bagi kawasan sekitar khatulistiwa seperti Indonesia. Sebaliknya, Monsoon baratan di bulan Oktober-April mengindikasikan terjadinya musim hujan di Indonesia.
Kondisi Normal
Sebelumnya telah disinggung bahwa arah angin pasat memengaruhi terjadinya El Nino maupun La Nina. Lantas, bagaimana kondisi ketika normal?
Permukaan air laut yang hangat (di khatulistiwa) menyebabkan atmosfer udara di sekitarnya juga menghangat. Apabila suhu udara meningkat, tekanan udara menjadi lebih rendah. Pada hakikatnya, angin akan bergerak dari wilayah dengan tekanan udara tinggi ke wilayah bertekanan rendah. Angin pasat pun bergerak dari kawasan subtropis ke arah khatulistiwa. Angin pasat juga lah yang membawa uap air dari Samudra Pasifik, yang kemudian membentuk awan di atas kolam panas, lalu terjadilah hujan.
BACA JUGA:El Nino Menghantui OKI: Antisipasi Kekeringan hingga Akhir Tahun, BPBD Minta PDAM Lakukan Hal Ini!
Saat El Nino & La Nina Datang…
Ketika El Nino datang, bagian Samudera yang hangat di tengah-barat bergeser ke arah timur. Suhu udara di sekitar khatulistiwa rendah, menyebabkan tekanan udara yang tinggi. Sedangkan, di kawasan subtropis, suhu udara meningkat dan tekanan udaranya rendah. Kemudian, angin pasat bergerak dari timur ke barat. Uap air berkumpul menjadi awan di atas ‘kolam panas’ di sekitar Peru, dan terjadilah musim penghujan di wilayah tersebut.
Sebaliknya, ketika La Nina datang, kolam panas berkumpul di wilayah khatulistiwa. Suhu udara meninggi, sedangkan tekanan udaranya rendah. Di kawasan subtropis, suhu udara sedang rendah dan tekanan udaranya tinggi. Angin pasat pun bergerak dari barat ke timur. Uap air menjadi awan di atas kolam panas sekitar khatulistiwa (Indonesia), hingga terjadilah hujan di kawasan tersebut.
BACA JUGA:Empat Kecamatan Terdampak El Nino
Cara Membedakan Kapan Terjadi El Nino & La Nina
Ketika waktu menunjukkan kemarau tetapi pada kenyataannya masih terjadi hujan berkepanjangan, mak ini merupakan salah satu indikasi fenomena La Nina. Cirinya ditunjukkan oleh musim penghujan yang lebih panjang dari biasanya.
Sebaliknya, ketika El Nino datang, kita dapat mengetahuinya dari musim kemarau yang berkepanjangan. Dilansir dari weather.gov, El Nino dan La Nina sendiri diprediksikan terjadi dalam waktu 3-5 tahun sekali. National Weather Service juga mencatat bahwa fenomena El Nino biasanya terjadi dalam periode waktu 9-12 bulan, sedangkan La Nina dapat mencapai 1 hingga 3 tahun.
Apa Dampak yang Ditimbulkan?
Berikut ini beberapa dampak yang ditimbulkan dari mulai kekuatan angin, curah hujan, bahkan hingga memengaruhi kondisi panen petani.
1. Kekuatan angin pasat dan monsoon
Saat El Nino terjadi, kekuatan angin pasat dan monsoon akan melemah. Sedangkan, saat terjadi La Nina, kekuatan angin pasat serta monsoon akan meningkat.
2. Perubahan curah hujan
Daerah khatulistiwa akan mengalami penurunan curah hujan saat El Nino datang. Begitupun sebaliknya saat La Nina datang curah hujan akan meningkat.
3. Terjadi kekeringan
Terutama saat El Nino datang, beberapa kawasan di Indonesia rawan terdampak kekeringan. Beberapa kawasan yang langganan jadi korban El Nino antara lain Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Seluruh wilayah yang dilalui garis khatulistiwa, dengan kata lain jalurnya angin pasat.
4. Menyebabkan terjadinya bencana alam
Curah hujan yang meningkat saat La Nina datang, memperpanjang musim penghujan di Indonesia. Ketersediaan air pun meningkat, dan kemudian memicu terjadinya banjir di beberapa wilayah. Selain itu, perubahan cuaca ekstrem ini juga terdapat peluang terjadinya bencana lain seperti tanah longsor.
5. Wabah penyakit merebak
Akibat cuaca ekstrem yang terjadi, timbullah berbagai penyakit yang menyerang. Masyarakat jadi rentan terkena diare, kolera, flu, demam berdarah, ataupun penyakit lain yang mungkin terbawa.
6. Gagal panen
Di bidang pertanian, fenomena perubahan iklim jelas tidak menguntungkan. Kekeringan menyebabkan tanaman rusak dan kekurangan pasokan air. Begitu pula curah hujan yang terlampau tinggi, kelembapan udara yang meningkat dapat memancing kehadiran hama serta menyebabkan tanaman tidak bisa dipanen.
7. Kehidupan laut dan pelaut
Suhu permukaan laut yang terlampau ekstrem mengakibatkan terjadinya perpindahan ikan ke kawasan yang lebih sesuai untuk ditempati. Hal ini dapat mengurangi pendapatan nelayan yang mencari ikan.
Melansir dari oceanservice.noaa.gov, fenomena El Nino juga memengaruhi kehidupan laut, di mana jumlah fitoplankton di lepas pantai menjadi berkurang. Hal ini disebabkan oleh air laut dari kedalaman yang terdorong ke permukaan saat terjadinya fenomena tersebut.(*)