El Nino, Gelontorkan 300 Ribu Ton Beras, Agar Harganya Lebih Terkontrol
-FOTO: BUDIMAN/SUMEKS-
PALEMBANG, SUMATERAEKSPRES.ID - Stok cadangan pangan pemerintah sangat diperlukan. Apalagi, saat ini dihadapkan sejumlah tantangan seperti perubahan iklim ekstrem, distribusi supply chain pangan, dan pertambahan penduduk Indonesia.
General Manager Unit Bisnis Bulog Sentra Niaga, Topan Ruspayandi menyatakan, periode saat ini merupakan kali pertama Indonesia menghadapi El Nino dalam dua tahun berturut-turut. Akibatnya, masa panen mundur.
Di sisi lain, proyeksi FAO terhadap konsumsi pangan Indonesia akan meningkat 60 persen di 2030. Serta, naik dua kali lipat pada 2050. ”Per tahun kalau tidak salah ada pertambahan penduduk 3 juta orang di Indonesia,” kata Topan.
Bulog saat ini memiliki persediaan 1,2 juta ton beras. Selain itu, masih ada 500 ribu ton beras impor yang akan masuk pada 2024. ”Saat ini sudah masuk 350 sampai 400 ribu ton (beras). Ini semua carry on dari 2023. Target Maret sudah masuk semua,” imbuhnya.
BACA JUGA:Musim Hujan Bakal Pendek, Anomali Cuaca Akibat El Nino Berlanjut hingga Maret 2024
BACA JUGA:Habiskan Rp6,72 Triliun untuk BLT El Nino
Topan mengungkapkan, tahun ini Indonesia menghadapi tantangan luar biasa besar untuk produksi padi. Di sisi lain, impor tidak mudah. Terdapat 22 negara yang melakukan pembatasan ekspor. Sehingga, dibutuhkan usaha diplomasi ekstra untuk kebutuhan itu.
Bulog terus berupaya mengatasi pengelolaan pangan dalam negeri. Tidak bisa hanya mengandalkan penugasan dari pemerintah. Karena itu, pihaknya mendorong anak usaha badan usaha milik negara (BUMN) untuk meningkatkan produksi beras di dalam negeri.
”Misalnya, mendorong BUMN atau swasta food agriculture atau enabling environment agar (pekerjaan) petani menjadi sesuatu yang menarik. Sehingga bisa memenuhi kehidupan dari para petani sendiri. Inilah yang ke depan mungkin Bulog lebih banyak masuk ke situ,” bebernya.
BACA JUGA:Empat Kecamatan Terdampak El Nino
BACA JUGA:Dorong Produktivitas Tani di Musim El Nino
Menurut dia, Bulog telah menggelontorkan beras premium sebanyak 300 ribu ton. Dengan tujuan harga beras lebih terkontrol. Meski demikian, jumlah tersebut baru 1 persen dari keseluruhan market beras. Bulog telah membangun 10 pusat penggilingan padi, 7 pusat pengolahan beras, hingga logistiknya.
Selain itu, Badan Pangan Nasional telah mengizinkan 200 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) untuk dikelola Bulog menjadi beras premium.
”Pemerintah berharap dengan beras pengalihan ini bisa mengendalikan yang medium dan premium. Kita lihat ke depannya. Semoga programnya bisa efektif dalam mengendalikan harga karena baru berjalan,” ujar Topan. (jp/fad)