Benarkah Layang-layang Berasal dari Nusantara? Berikut Penjelasannya

Reporter: Adi |

Editor: Alfery |

Rabu , 07 Feb 2024 - 09:59

Ilustrasi asal usul layang-layang di Nusantara. -Foto: orami.com-

Sedangkan untuk pengikatnya tadi, menggunakan serat rotan. Untuk yang satu ini, masih bisa ditemukan di Sulawesi.

Yang mana, untuk di Bali, layangan berkembang dari layang-layang daun, hal ini dikarenakan bentuknya yang oval menyerupai bentuknya daun.

Sementara di daerah lainnya seperti Jawa Barat, Lampung dan lainnya, layang-layang malah digunakan sebagai alat memancing ikan di laut dan danau.

Yang mana layangan tersebut dibuatnya menggunakan anyaman daun dari sejenis anggrek dan dihubungkan ke mata kail. Bahkan di Pangandaran, malah layang-layang digunakan untuk menjerat kalong atau kelelawar.

Caranya memasang jerat di tali layangan tersebut, sehingga saat diterbangkan dekat kalong atau kelelawar itu bisa terjerat.

Sejak abad ke 18, layangan dipakai sebagai alat untuk meneliti cuaca, salahsatunya dari Benyamin Franklin yang pada saat itu untuk meneliti muatan listrik pada petir tersebut menggunakan layangan yang terhubung ke kunci.

Hal ini untuk menunjukkan di dalam petir mengandung muatan listrik. Bukan itu saja, dalam dunia pelayaran, layang-layang juga digunakan untuk menghemat bahan bakar.

Dimana, layang-layang berukuran raksasa ini sengaja dibuat dengan bahan sintetis.

Di saat angin berhembus kencang, anak buah kapal (ABK) tersebut akan membentangkan layangan berukuran raksasa yang membuat kapal tertarik oleh layangan yang dihembus angin kencang tadi. Sehingga dengan hal ini, bahan bakar yang digunakan jadi lebih hemat.

Meskipun sebagian para ahli sepakat kalau layang-layang berasal dari Nusantara, akan tetapi catatan yang mengisahkan layangan ini tertuang di dalam dokumen dari negeri tirai bambu yakni tahun 2500 SM.

Adapun untuk gambaran layangan tertua ini berasal dari lukisan gua masa Mesolitik di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara tertera di tahun 9500-9000 SM.

Dalam lukisan gua tersebut menyebutnya dengan nama Kaghati yang tetap digunakan oleh warga Muna di zaman modern.

Di saat itu, dari lukisan gua tersebut layang-layang ini terbuat dari daun kolope ataupun umbi hutan sebagai layar induknya, sedangkan untuk bingkainya memakai kulit bambu dan talinya menggunakan serat dari nanas yang dililitkan sebagai tali.

benarkah layang-layang berasal dari nusantara? berikut penjelasannya                            sumateraekspres.id - layang-layang atau yang juga sering kita sebut dengan layangan, dalam masyarakat mungkin sudah tidak asing lagi dengan permainan yang satu ini.
bukan itu saja, bahkan di setiap daerah mempunyai bentuk dan ragam layang-layang.
meskipun demikian, ternyata layang-layang ini sendiri sudah ada dan berasal dari indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu. 
dalam perkembangannya, banyak bentuk dan tipe layang-layang untuk permainan ini.
baca juga:sejarah lahirnya hmi, tokoh pendirinya ternyata dari universitas ini
baca juga:minta kaji ulang pembatalan perjalanan ka argo parahyangan, ini alasan fspp
yang mana, permainan layang-layang dalam bahasa sunda diistilahkan langlayangan di palembang disebut layangan.
walau begitu yang paling umum yakni layang-layang hias, kalau orang betawi menyebutnya koang.
di sisi lain, tidak jarang masyarakat atau para pemainnya ini memasangkan sendaringan dengan tujuan menghasilkan suara di saat diterbangkan. 
namun pada masa pancaroba, anak-anak juga kerap memainkan layangan ini dengan tujuan diadu satu dengan yang lainnya atau dilagakan.
baca juga:eksistensi sejak masa penjajahan hindia belanda, ini sejarah keberadaan gerakan freemason di indonesia
baca juga:mahkota dewa, obat herbal berkhasiat tinggi! ini 6 manfaat dan cara mengolahnya dengan benar
akan tetapi, di beberapa daerah, permainan layang-layang kerap diidentikkan dengan ritual tertentu terutama yang terkait proses budidaya pertanian. 
untuk bentuk yang paling sederhana, untuk membuat layang-layang ini menggunakan beberapa helai daun yang disusun demikian rupa di sebuah kerangka yang terbuat dari bambu.
sedangkan untuk pengikatnya tadi, menggunakan serat rotan. untuk yang satu ini, masih bisa ditemukan di sulawesi.
yang mana, untuk di bali, layangan berkembang dari layang-layang daun, hal ini dikarenakan bentuknya yang oval menyerupai bentuknya daun. 
baca juga:6 cara mengatasi serangan panik mendadak, nomor 3 paling membantu
baca juga:punya 142 kontrakan dan 34 rumah, harta kekayaan haji bolot dinilai melebihi raffi ahmad, apa saja?
sementara di daerah lainnya seperti jawa barat, lampung dan lainnya, layang-layang malah digunakan sebagai alat memancing ikan di laut dan danau.
yang mana layangan tersebut dibuatnya menggunakan anyaman daun dari sejenis anggrek dan dihubungkan ke mata kail. bahkan di pangandaran, malah layang-layang digunakan untuk menjerat kalong atau kelelawar.
caranya memasang jerat di tali layangan tersebut, sehingga saat diterbangkan dekat kalong atau kelelawar itu bisa terjerat.
sejak abad ke 18, layangan dipakai sebagai alat untuk meneliti cuaca, salahsatunya dari benyamin franklin yang pada saat itu untuk meneliti muatan listrik pada petir tersebut  menggunakan layangan yang terhubung ke kunci.
hal ini untuk menunjukkan di dalam petir mengandung muatan listrik. bukan itu saja, dalam dunia pelayaran, layang-layang juga digunakan untuk menghemat bahan bakar.
dimana, layang-layang berukuran raksasa ini sengaja dibuat dengan bahan sintetis.
di saat angin berhembus kencang, anak buah kapal (abk) tersebut akan membentangkan layangan berukuran raksasa yang membuat kapal tertarik oleh layangan yang dihembus angin kencang tadi. sehingga dengan hal ini, bahan bakar yang digunakan jadi lebih hemat. 
meskipun sebagian para ahli sepakat kalau layang-layang berasal dari nusantara, akan tetapi catatan yang mengisahkan layangan ini tertuang di dalam dokumen dari negeri tirai bambu yakni tahun 2500 sm.
adapun untuk gambaran layangan tertua ini berasal dari lukisan gua masa mesolitik di pulau muna, sulawesi tenggara tertera di tahun 9500-9000 sm. 
dalam lukisan gua tersebut menyebutnya dengan nama kaghati yang tetap digunakan oleh warga muna di zaman modern.
di saat itu, dari lukisan gua tersebut layang-layang ini terbuat dari daun kolope ataupun umbi hutan sebagai layar induknya, sedangkan untuk bingkainya memakai kulit bambu dan talinya menggunakan serat dari nanas yang dililitkan sebagai tali.
namun untuk saat ini, senar digunakan sebagai talinya.
sedangkan dalam perkembangannya yang terjadi, adanya perpaduan tradisi tiongkok dan nusantara.
hal ini dikarenakan untuk di nusantara, layang-layang yang ditemukan ini masih berbentuk primitif yang dibuatnya dari dedaunan.
adapun untuk nusantara sendiri, catatan tentang layang-layang dapat ditemukan dari sejarah melayu (dulalatus dapatin) pada abad ke 17. di situ sebutkan festival layang-layang yang dikuti oleh para pembesar kerajaan. 
populernya layang-layang hingga sekarang ini, berawal dari penyebaran layang-layang dari tiongkok ke barat dan hingga saat ini semakin populer di eropa.
yang membuat layang-layang dikenal luas di seluruh dunia, pada waktu benyamin franklin melakukan penelitian tentang petir yang mengandung muatan listrik dengan menggunakan media layang-layang yang digantungkan kunci sebagai penghubungnya.