https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Jenderal Guo

Dahlan Iskan melihat dari dekat patung dewa Jenderal Guo di Kelenteng Marga Guo di Jatim.-foto: disway.id-

Besarnya serupa dengan yang di Teluk Gong. Nama Fen Yang diambil dari daerah perdikan yang diberikan kepada Jenderal Guo Ziyi.

Setelah mendalami masalah kelenteng ayahnya itu barulah Romo Ami tahu: ini kelenteng Buddha. Vihara. Saat itu tidak ada yang tahu. Dikira itu kelenteng Tao. Yang datang untuk sembahyang di situ pun dari berbagai keyakinan: Tao, Konghucu, Buddha.

BACA JUGA:Doktor Teguh

BACA JUGA:Pengkhianat Drone

Memang di kanan-kiri altar Jenderal Guo Ziyi masih banyak altar untuk berbagai  dewa lainnya. Setidaknya ada 20 altar di dalam bangunan utama kelenteng Fen Yang. Setiap altar dihuni beberapa dewa.

Ada dewa untuk yang ingin dapat jodoh. Untuk yang ingin punya anak. Banyak rejeki. Punya ketenangan jiwa. Rukun rumah tangga. Pun untuk yang ingin dapat pangkat tinggi.

Kelenteng Fen Yang, sejak dipimpin Romo Ami, dua kali lebih besar dibanding saat dibangun sang ayah. Bahkan kini ditambah satu ruang besar lagi di sebelahnya: untuk kebaktian Buddha Mahayana.

Saat saya mampir ke ruang besar itu para bikhu lagi menghias ruangan –menjadi bersuasana Imlek.

BACA JUGA:Nusantara Indonesia

BACA JUGA:Emas Budi

Setelah semua dibersihkan, dimandikan dan kembali ke ornamen warna aslinya para dewa itu ditata ulang. Dikembalikan ke tempat semula. Mereka siap menyambut kedatangan umat di hari raya Imlek nanti.

Harusnya dalam seminggu ini tidak ada yang datang untuk sembahyang. Bukan saja dewa mereka lagi dimandikan, juga para dewa itu dipercaya sedang tidak ada di kelenteng.

Sejak dua hari lalu mereka dipercaya sedang ada di langit. Mereka baru akan kembali ke kelenteng lagi sehari sebelum hari raya Imlek.

Tapi saya lihat masih banyak juga orang yang datang untuk sembahyang. Mereka membakar hio dan melakukan gerakan sembahyang di depan altar.

BACA JUGA:Rasional Khalwat

BACA JUGA:Penduduk Turun

Saya merasa kurang sopan: saat mereka sembahyang itu saya lagi di atas altar: membersihkan para dewa itu.

Selama setahun di tempatnya, para dewa itu seperti menghitam. Terlalu banyak abu dari hio yang menempel di situ. Setelah dibersihkan terlihat kembali ke warna asli yang cerah.

Setelah bersih, barulah mereka disiram dengan air yang dimasuki sembilan macam bunga. Harum.

Menjelang pukul 12.00 saya turun dari altar. Pembersihan dan permandian selesai. Dari bawah saya mendongak ke atas altar. Betapa bersih mereka.

BACA JUGA:Psyche Stress

BACA JUGA:Trance Berdarah

Sambil makan siang kami diskusi soal agama. Romo Ami begitu menguasai ajaran Budha. Kalau dulu Ami dekat dengan para jenderal ia sendiri ternyata keturunan jenderal besar. Baktinya pada orang tua membawanya menjadi rohaniawan, Romo Ami.

Ini kali kedua saya ke kelenteng Teluk Gong. Pagi ini ganti saya ke kelenteng Gudo, Jombang. Untuk kesekian kalinya. Acaranya sama. 新年快乐. (Dahlan Iskan)

Tag
Share