Harga Batu Bata Turun, Pengrajin di OKU Timur Sebut Faktor Ekonomi Tidak Stabil

Harga Batu Bata Turun, Pengrajin di OKU Timur Sebut Faktor Ekonomi Tidak Stabil-Foto: Kholid/Sumateraekspres.id-

Sujiono memaparkan bahwa dalam satu hari, ia mampu mencetak kurang lebih 1.500 bata.

Setelah dicetak, batu bata akan dibiarkan mengering sebelum dilakukan proses pembakaran menggunakan kayu bakar. "Sekali bakar minimal 10.000 bata," tegasnya.

Pandangan serupa diutarakan oleh Narto, seorang pembuat bata dari Desa Gedung Rejo, Kecamatan Belitang.

Selain harga bata yang terjangkau, Narto juga mengalami kesulitan dalam memperoleh pasokan kayu bakar.

Meskipun harga bata relatif stabil, ketersediaan terbatas karena banyaknya pesanan.

Pembeli harus memesan terlebih dahulu agar batu bata dapat disiapkan sesuai kebutuhan.

"Harga bata masih stabil, tapi ketersediaan menurun karena banyaknya pesanan."

"Pembeli harus bersabar untuk mendapatkannya. Untuk harga bisa dikatakan stabil jika mengambil langsung di Tobong bata. Hanya ongkos angkut saja yang berbeda tergantung lokasi," papar Narto.

Ardi, pemilik Tobong bata di Kelurahan Bukit Sari, Kecamatan Martapura, juga menuturkan kesulitan dalam mencari kayu bakar untuk proses pembakaran bata.

"Sekarang ini mahal semua, tanah liatnya mahal, kayu mahal, sedangkan harga bata Rp 380 sampai Rp 400 per bata. Jika dikatakan rugi itu tidak, hanya ngepas saja," tutupnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan