Sumsel Miliki 1,7 Juta Ha Lahan Basah
PALEMBANG – Indonesia memiliki lahan basah yang terdiri dari Rawa lebak dan gambut. Dan, di Sumsel luas lahan basah sekitar 1,7 juta Ha, kira-kira 8-10 persen dari luas lahan basah di Indonesia. Demikian dikatakan Dekan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Dr Ir A Muslim, MAgr, di sela kegiatan webinar nasional dalam rangka memperingati hari lahan basah dunia, kemarin(8/2).
"Fungsi lahan basah ini sangat luar biasa, sebagai lahan untuk produksi pangan berupa padi, jagung, kedelai, dan juga sayur-sayuran, sehingga lahan basah sangat penting untuk mempertahankan ketahanan pangan kita di Sumatera Selatan (Sumsel) sendiri, produksi beras masih didominasi dan diproduksi dari lahan basah yang tersebar di berbagai kabupaten/kota)," ujarnya
Menurutnya, lahan basah juga tempat hidup segala macam biodeversitas, flora dan pauna, tidak hanya yang besar seperti gajah harimau, ular dansebagainya tapi juga mikroorganisme yang bermanfaat. "Penyimpan karbon dunia, di Sumsel rawa lebah juga dijadikan sarana transportasi," jelasnya.
Katanya, Isu pertambahan populasi penduduk dunia yang bersifat ekponensial sementara produksi pangan terbatas, sehingga lahan basah menjadi alternative lahan sub optimal yang sangat penting untuk produksi pangan, karena pemanfaatan lahan basah untuk pangan dapat dilakukan dengan sederhana oleh petani, tanpa perlu irigasi teknis yang modern.
"Isu Kebakaran hutan yang merusak lahan tersebut juga menjadi masalah besar. Dimana Kebakaran hutan ini dapat merusak lahan, lingkungan, mengganggu kesehatan, dan hubungan dengan Negara tetangga. Termasuk masalah Transportasi Udara sangat terganggu dengan kebakaran hutan,"ungkapnya
Dijelaskan, mengingat luasnya lahan vasah ini, Di era RI 4.0 ini, untuk mempermudah pengelolaan lahan basah seperti pembibitan dan penanaman dapat menggunak teknologi drone, "Kita semua dituntut mengembangkan technologi Pertanian berbasis digital, Internet of thing (IoT), dan big Data, dan juga teknologi Satelit," jelasnya.
Salah satu pemateri Dr Yiyi Sulaeman, SP, MSc dalam materinya berjudul pemanfaatan dan keberlanjutan tanah sawah pasang surut. Apakah lahan sawah pasang surut (SPS) telah dimanfaatkan secara optimal? di tengah isu perubahan iklim dan ketahanan pangan serta kesejahteraan petani.
Kemudian, jika semua rekomendasi diterapkan oleh petani, berapa hasil padi maksimum yang akan diperoleh? ” Apakah semua rekomendasi paket teknologi diketahui oleh dan mampu diterapkan oleh petani sawah rawa"ujarnya dalam webinar.
Senada, Ilham Abla, Msc.Ir. Dorektorat rawa, Ditjen pengairan, PU 1979-1994 mengatakan, pasang surut dan perencanaan umum rawah pasang surut. Mencakup pasang surut air laut, sungai pasang surut, pasang surut dan lahan, perencanaan umum lahan rawa pasut. "Penetapan datum yang sama untuk muka air dan tofografi adalah wajib,"tandasnya. (nni)