Profil Imam Muda Masjidil Haram yang Berparas Menawan, Ternyata Berasal dari Pulau Penghasil Garam Ini
Imam Muda Masjidil Haram, Syech Abdul Basith Musfi,Lc,MA., saat memberikan tausiah di Mesjid Agung Palembang, Minggu (28/1/2024). -Foto: Kemas/Sumateraekspres.id-
Disinilah Abdul Basith kecil banyak belajar dasar-dasar ilmu agama yang nantinya menjadi bekal dan modalnya untuk mengikuti tes seleksi Universitas Islam Madinah.
Lalu pada tahun 2012 saya lulus pesantren atas pertolongan Allah dan kebaikan pimpinan pesantren yang pada waktu itu telah memberikan dispensasi keringanan 50% SPP bulanan. Semoga Allah membalas kebaikan beliau dan merahmati kedua orang tua beliau.
Setelah menamatkan pendidikan di MA’HAD ALITTIHAD AL ISLAMI CAMPLONG ada keinginan untuk langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Akan tapi karena memang pada waktu itu belum ada biaya untuk daftar kuliah, saya memilih untuk menghafal Al-Qur’an di salah satu pondok pesantren Tahfizh di Boyolali Jawa tengah.
Kurang lebih satu tahun lamanya Basith akhirnya mengkhususkan diri untuk menghafal Kalam Allah.
Keinginan kuat untuk memperdalam pengetahuan ilmu agama semakin kuat tepatnya setelah selesai menghafal Al-Qur’an, hati semakin kuat, tekad semakin bulat bahwa jiwa ini hanya untuk agama Allah SWT.
'Saya harus belajar agama ini dengan baik ditempat terbaik menurut Allah, saya harus belajar agama ini ditempat dimana awal ia disebarkan,' tekad yang terpatri di dada Abdul Basith kala itu.
Rupanya Allah punya cara sendiri untuk menguji keyakinan seseorang hamba. Di tengah keinginan yang menggebu untuk belajar agama.
Tepatnya beberapa bulan setelah selesai di pesantren Tahfizh, dia mendapatkan beberapa tawaran beasiswa di beberapa Universitas swasta dan negeri waktu itu.
Diantaranya beasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) juga pernah.
Terakhir pada awal tahun 2014, sewaktu dirinya telah berada di ibukota Jakarta sedang berkursus bahasa Arab di kampus LIPIA.
Dirinya bertemu langsung dengan Dr. Nurhadi, salah satu dosen di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Beliau menawarkan beasiswa yang sama yakni di Fakultas kedokteran di UIN Syarif Hidayatullah. Beasiswa ini konon katanya diperuntukkan hanya untuk yang sudah hafizh Al-Qur’an.
MasyaAllah. Disitulah kebenaran sabda Rasulullah “Barang siapa yang mewakafkan waktunya untuk Al-Qur’an, Allah akan cukupkan (mudahkan) baginya urusannya di dunia lebih lagi di akhirat ”
“Mohon maaf bukan maksud tidak menerima tawaran dan niat baik bapak, saya mengucapkan terima kasih banyak atas niat ini. Namun, sampai saat ini saya masih ingin memperdalam ilmu agama, saya masih awam, biarlah saudara-saudara saya yang lain mengambil kesempatan ini”. Itulah jawaban saya waktu itu.