Makan Onde-onde Sesuai Umur Plus Satu, Perlambang Harapan Usia Panjang
Filosofi festival makan Onde-onde yang sarat makna bagi masyarakat Tionghoa.-Foto: Ist-
Yang ketiga yakni Festival Musim panas yang dilaksanakan tanggal 5 bulan kelima tahun lunar.
Selanjutnya festival besar keempat dalam masyarakat Tionghoa yakni festival musim gugur yang secara rutin gelar setiap tanggal 15 bulan kedelapan tahun lunar yang setiap tahun selalu dirayakan warga Tionghoa dari seluruh dunia termasuk Indonesia.
Sedang festival kelima yakni festival musim dingin atau festival Dongzhi ataupun dikenal juga dengan Festival Onde-onde yang digelar di tanggal 22 Desember setiap tahunnya.
" Kelima tradisi tersebut, sejatinya menjadi satu agenda penting bagi warga Tionghoa di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Di setiap perayaan tradisi tersebut, memiliki makna dan nilai sakral bagi warga sendiri. Bahkan kelima momen kerapkali dirayakan dengan segenap anggota keluarga. Bahkan momen ini bertujuan menjalin silahturahmi antar keluarga. Bahkan pada momen tadi, warga yang berasal dari luar kota maupun luar negeri akan pulang ke kampung untuk merayakannya bersama segenap keluarga tercinta," ungkap Ketua Martrisia Komda Sumsel, Chandra Husien belum lama ini.
Dalam sejarahnya, Festival Onde-onde atau Festival Dongzhi atau Festival Tanggyuan ini sudah ada dan berkembang sejak masa Dinasti Han pada tahun 206-220 sebelum Masehi (SM) dan terus berkembang hingga saat ini.
Akan tetapi di masa Dinasti Song yang memerintah kekaisaran Tiongkok ini dari tahun 1127-1152 M, festival ini kerap dilaksanakan dengan sembahyang leluhur dan juga lima unsur di bumi yang terdiri dari logam, air, api, tanah dan kayu.
Dalam perkembangannya, Festival tersebut menjadi satu dari lima festival penting yang dirayakan warga Tionghoa di seluruh dunia termasuk Indonesia atau tepatnya di masa Dinasti Qing tahun 1644-1911 M.
Dimana, dalam memakan Onde-onde, jumlahnya itu disesuaikan dengan umur yang memakan. Di dalam prakteknya, festival Onde-onde ini, biasanya dilaksanakan secara sederhana dan melibatkan keluarga inti.
Meski begitu, pada saat pembuatan onde-onde, memang keluarga inti akan datang dan berkumpul di rumah orangtua atau kerabat yang dituakan di dalam keluarga.
Biasanya, sebelum proses dari pembuatan onde-onde ini, semua kerabat terlebih dulu berdoa.
Setelah semua selesai dibuat, maka onde-onde tadi disantap bersama segenap keluarga.
Untuk tradisinya sendiri, di waktu memakan Onde-onde ini sesuai umur yang memakannya ditambah satu.
Yang mana ini dimaksudkan dan berharap agar diberikan umur yang panjang dan di tahun berikutnya bisa kembali merayakan festival Onde-onde tersebut.
Selain itu, ada juga kepercayaan di warga Tionghoa berkaitan onde-onde. Diantaranya bila ada keluarga yang hamil, maka mereka ini akan membakar Onde-onde.
Jika pecah saat proses pembakaran dilakukan, diyakini bayi yang lahir nantinya berjenis kelamin perempuan.