Perjalanan Sejarah Sungai Komering: Dari Perdagangan Pinang Hingga Terbelah Menjadi Dua
Pembangunan Bendungan Tiga Dihaji sebagai solusi pasokan air bagi lahan pertanian di Provinsi Sumsel--
Sungai yang lama menyempit di sebelah timur sampai ke Muara Dua, sementara sungai yang baru mengalir ke daerah Tobong, Plaju, dan bermuara di Sungai Musi.
Orang yang mendiami aliran sungai baru disebut Orang Komering Ilir, meskipun banyak dari mereka bukan penduduk yang berakar budaya Komering.
BACA JUGA:Sungai Tercemar Imbas Perusahaan Karet, Warga Kemas Rindo Berharap Respons Pemerintah
BACA JUGA:Naik Tinggi, 10 Sungai Status Siaga, Berdasarkan Status AWLR, Tertinggi Sungai Musi 9,23 meter
Di bagian hulu sungai Komering, penduduknya terbagi menjadi dua, dengan Muara Dua sebagai pusat Kota di Kabupaten OKU Selatan dan Komering Beribu Kota di Martapura Kabupaten OKU Timur.
Masyarakat pendatang dari berbagai daerah, seperti Batak, Padang, Jawa, Sunda, Ogan, dan sebagainya, mendiami daratan dan aliran sungai buatan bendungan peninggalan zaman Belanda.
Meski terjadi diversifikasi budaya dengan kehadiran masyarakat pendatang, kebudayaan asli Komering tetap lestari di tengah-tengah, terutama melalui Adat Budaya Komering.
Seiring waktu, area pertanian seperti Belitang semakin dikenal sebagai wilayah pertanian yang makmur.
Sebuah potret menarik dari sejarah Sungai Komering, yang tidak hanya menjadi saksi bisu perdagangan dan peristiwa alam, tetapi juga memelihara keberlanjutan budaya suku Komering di masa kini. (Lid)