Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadhan 11 Maret, Berbeda dengan Perkiraan Pemerintah 12 Maret 2024
Ilustrasi artikel Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah memutuskan 1 Ramadhan 1445 jatuh pada 11 Maret 2024--
Dengan kata lain, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya matahari berapa pun selisih waktunya.
Dengan istilah geometrik, pada saat matahari terbenam posisi bulan masih di atas ufuk berapa pun tingginya.
Kriteria penetapan awal bulan baru dengan prinsip hisab hakiki wujudul hilal ini didasarkan dari tiga kriteria yang harus dipenuhi.
Yakni sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara bulan dan matahari, ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari, dan ketika matahari terbenam bulan belum terbenam, atau bulan masih berada di atas ufuk.
Sebaliknya apabila salah satu saja dari tiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, saat matahari terbenam sampai esok harinya belum masuk bulan baru kalender Hijriah.
Bulan baru akan dimulai pada saat terbenam matahari berikutnya, setelah ketiga kriteria tersebut terpenuhi.
Pada hisab yang dilakukan PP Muhammadiyah dalam penentuan 1 Ramadhan, 1 Syawal dan 10 Zulhijah 1445 ini, sebagai berikut:
Tinggi bulan pada saat matahari terbenam di Yogyakarta pada 10 Maret 2024 yakni (¢ = -07° 48′ LS dan l= 110° 21′ BT ) = +00° 56′ 28".
Itu artinya, hilal sudah terlihat dan awal Ramadhan sudah dimulai sejak terbenamnya matahari pada 10 Maret 2024.
Saat matahari terbenam pada 10 Maret 2024, bulan berada di atas ufuk (hilal sudah wujud) kecuali di wilayah Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.
Sementara itu, untuk penetapan Idul Fitri 2024, PP Muhammadiyah menyatakan, tinggi bulan saat matahari tenggelam pada 9 April 2024 di Yogyakarta (¢=-07° 48′ LS dan l = 110° 21′ BT ) = +06° 08′ 28″ dan di wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk.
Hal ini menandai terlihatnya hilal yang menjadi rujukan 10 April 2024 sebagai awal bulan Syawal.(lid)