Ikut Anastasia
Dahlan Iskan dan Anastasia-foto: disway.id-
Dia ingin ke Shanghai. Nama Shanghai lagi top saat itu. "Akan ada World Expo di Shanghai," kenang Anastasia.
Singkatnya Anastasia diterima di sekolah musik terbaik di sana: Shanghai Conservatory of Music. Satu-satunya pelajar dari Indonesia. Ada satu lagi siswa asing: dari Prancis.
BACA JUGA:Ikut Tidur
BACA JUGA:Ikut Cucu
Karakter periang dia bawa ke Shanghai. Dia bukan gadis pemalu. Anastasia sangat pede. Pun di kelas. Setiap guru mengajukan pertanyaan Anastasia unjuk jari.
Kalau guru memeragakan sesuatu lewat tangan, Anastasia menirukan. Dia jadi bintang kelas. "Siswa di sini mirip di Indonesia. Kalau dipancing apakah ada pertanyaan, tidak ada yang bertanya," ujar Anastasia.
"Saya selalu bertanya setiap ada kesempatan bertanya," tambahnya. Anastasia pun sering diminta jadi asisten guru.
Dari situlah Anastasia mendapat tawaran beasiswa dari Shanghai: untuk kuliah menjadi guru musik. Sampai S-1. Anda sudah tahu: menjadi guru musik tidak hanya harus pandai musik. Juga harus pandai mengajar.
BACA JUGA:Coblos Kapan
BACA JUGA:Natal Pure
Sayang, saya bukan Liang: tidak bisa banyak mengajukan pertanyaan tentang musik. Rasanya saya begitu ingin panggil Liang agar bergegas ikut makan dengan Anastasia malam itu.
Lalu sebentar-sebentar saya sepak kakinya. Agar ia terus bertanya kepada Anastasia. Intinya: jadilah Anastasia guru yang periang. Guru kesukaan para murid.
Guru yang bisa membangkitkan gairah anak-anak yang lagi malas-malasan. Dia ajak anak-anak itu bermain. Dia ajak duduk bersama. Kalau perlu sampai rebahan.
Lalu dia perbanyak body-music–entah benar atau salah istilah ini. Yang benar: body percussion.
BACA JUGA:Makan 400 T