3 Tahun Jadi Pemburu Beasiswa, Sambil Kerja Resto-English Course

RAIH BEASISWA: Wulan (keempat kanan) bersama teman-teman kampusnya di HSE University di Moscow. Dia jadi salah satu penerima beasiswa S2 untuk tahun ini.-Foto: wulan-

“ Tapi saya sangat senang menjalaninya karena tiga tahun perjuangan akhirnya bisa mendapatkan beasiswa ini,” ucap Wulan. Tentu saja, berkat dorongan dari orang tua dan keluarganya juga. Untuk tes yang diikutinya, ada dua tahap. Pertama, penilaian portfolio. Yang isinya personal statement, research interest, professional achievements, dan lainnya.

 Sebelum submit portfolio, Wulan harus melewati pre test terlebih dahulu, dengan ketentuan nilai yang sudah ditetapkan. Setelah lolos dari tahap 1, ada tes tahap 2. “Yaitu essay problem solving dari website mereka yang akan dipantau. Jadi tes nya harus  on cam dan on mic. Kita akan diberi pertanyaan essay dan harus langsung jawab. Waktunya 3 jam,” bebernya. 

Di antara dua tes itu, Wulan merasa yang paling sulit ketika harus menulis essay problem solving secara on the spot. Namun, dia berhasil melewatinya dengan baik. “Saya lalu dapat informasi dari website beasiswa kalau akhirnya lulus tes dan dapatkan beasiswa S2 itu,” tambahnya. Jika diuangkan dalam rupiah, biaya tuition fee kuliah yang ia dapatkan sekitar Rp100 juta.

Wulan bisa ikuti perkuliahan S2-nya sampai selesai, full beasiwa, termasuk tempat tinggal. Tanpa harus bayar sepeser pun ke universitas. Setiap bulannya dia mendapat monthly stipend. Syaratnya, Wulan harus  bisa mempertahankan nilai GPA-nya.

BACA JUGA:TERBARU! Beasiswa FK UPH Bagi Siswa Kelas 12 Telah Dibuka, Daftar Modal Nilai Rapor, Ini Syarat Lengkapnya

BACA JUGA:PENGUMUMAN! Beasiswa SINGA Buka Hingga 1 Juni 2024, Uang Saku Rp31,4 Juta dan Tidak Wajib TOEFL, Yuk Daftar!

Tahun ini, dari Indonesia ada enam orang yang mendapatkan beasiswa di kampunya itu. Tapi dari Sumsel hanya Wulan sendiri.  Berangkat dan mulai kuliah sejak September 2023 lalu, adi kandung Novita ini mengungkapkan, ada banyak banyak sekali culture shock yang ia rasakan dan alami.

“Tapi lebih ke arah yang positif,” ujarnya. Pertama, ketika memasuki wilayah kampus, suasananya benar-benar berbeda. Dia melihat para mahasiswa belajar di setiap sudut kampus. Mulai dari halaman kampus sampai di dalam perpustakaan. Juga di koridor, bahkan tangga-tangga kampus.

Kedua, mahasiswa di HSE University sangat well dressed ketika berangkat ke kampus. Image fancy dari Eropa itu sangat kental. “Vibes- nya sangat fancy, walaupun di kampus. Tapi saya suka culture seperti ini,” bebernya. 

Culture shock yang lain adalah ketika memanggil dosen. “Hanya panggil nama depannya saja, tidak ada sebutan seperti Ibu, Pak, Mr dan Mrs,” tambah Wulan. Dia juga mengungkapkan, sistem perkuliahan di sana sangat jauh berbeda dengan di Palembang. Di HSE, menggunakan sistem module. Kedua, fasilitas kampusnya sangat lengkap dan memadai. 

Kultur belajar mahasiswa disini juga sangat berbeda. “Di awal-awal, agak kesulitan dengan jam kuliah dan sistem belajar yang sangat intens. Di sini juga ada kelas yang dimulai sore sampai jam 9 malam,” tukasnya. (mh)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan