https://sumateraekspres.bacakoran.co/

Begini Tradisi Mandi Kasai yang Dilakukan Calon Pengantin

SUNGAI KELINGI : Di sinilah biasanya calon pengantin melakukan mandi kasai.- foto: zulkarnain/sumeks-

SUMATERAEKSPRES.ID - Mandi kasai merupakan salah satu tradisi dan budaya yang ada di Lubuklinggau. Biasanya mandi kasai dilakukan pengantin di aliran Sungai Kelingi sebelum menggelar pernikahan. Awalnya tradisi ini cukup lazim dilakukan masyarakat, namun kini mulai jarang dilakukan.

MANDI KASAI, memiliki dua kata yakni mandi artinya membersihkan diri dengan air. Lalu, kata kasai menggunakan wangi-wangian untuk mencuci rambut. Biasanya terbuat dari air kembang, air kampar atau air minyak wangi dan melulur tubuh dengan bedak wangi.
       
Istilah mandi kasai merupakan warisan bangsa Islam Melayu. Seperti di Kota Palembang, ada adat tradisi mandi simburan saat pengantin dan Melayu kampar dengan adat belimau kasai.
       
Mualimin, warga Lubuklinggau menuturkan, rata-rata warga Lubuklinggau tak tahu sejak kapan tradisi mandi kasai itu berlangsung. Mereka hanya menjalankan tradisi warisan leluhur.
       
Namun jika dilihat secara sejarah, mandi kasai memang di engaruhi tradisi Islam Melayu Palembang. Mengingat Kota Lubuklinggau dulu merupakan  daerah yang di bawah pengaruh Kesultanan Palembang Darusalam. ‘’Mandi suci itu cuma ado di ajaran Islam, ado istilah mandi tobat, ado istilah mandi junub, ado istilah mandi jenazah. Ngapo harus mandi, karena kito wong Islam cinta kebersihan," ucapnya.

BACA JUGA:Saksi Kunci Pembunuhan Saidina Ali Minta BAP Ulang, Bantah Keterlibatan Ujang Kocot, Ada Apa?

BACA JUGA:Terungkap! Inilah Pelaku Pembunuhan Hj Ayuning, Siapa Dia?

Dikatakannya, tradisi mandi kasai di aliran sungai ini, istilahnya nyunah kasunahan. ‘’Dengan niat, membersihkan diri baik jiwa maupun raga, sebelum melangsungkan kehidupan berumah tangga,’’ katanya.

Mandi menggunakan wangi-wangian dan diakhiri dengan pengantin mandi berendam di sungai. "Di Islam ada namanyo air suci menyucikan, artinyo air bersih lebih dari dua kulah atau dua ember. Jadi mandinyo di sungai biar lebih banyak bersih dan menyucikan," ujarnya.
       
Dikatakan, tradisi kasai ini tidak beda dengan mandi simburan yang berkembang di kebudayaan Melayu Palembang dengan aliran Sungai Musi-nya.  Ada tiga faktor utama yang memengaruhi tradisi ini, yakni Islam, Melayu dan aliran sungai.

Mualimin mengatakan, beragam tradisi dan kultur budaya tempo dulu maupun penyebaran agama Islam ke wilayah huluan Sungai Musi memang dulunya dibawa melalui aliran sungai. ‘’Seperti di Linggau ini ada Sungai Kelingi, mangkonyo ado adat mandi kasai," bebernya.
       
Selain di Kota Lubuklingau dan Palembang, adat mandi kasai juga berkembang di wilayah Melayu lainnya, seperti daerah Kampar Riau dengan istilah Belimau kasai. ‘’Keterkaitan budaya itu, cukup lazim, karena kampar Riau juga merupakan tanah Melayu, beragama Islam dan juga berada di aliran sungai,’’ ujarnya.
      
Sumber kebudayaan terbesar Pulau Sumatera tempo dulu, juga berada di Kota Palembang dan aliran Sungai Musi. Bahkan dari Palembang, mulai berkembang kebudayaan Melayu lainnya yang menganut ajaran Islam, hingga ke wilayah huluan Sungai Musi seperti Kota lubuklinggau saat ini.

‘’Sebelum Islam masuk, di wilayah kito ini lebih identik Hindu dan Buddha. Itulah muncul nama lingga dan yoni yang sekarang diserap jadi nama Lubuklinggau," tutupnya.(zul/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan