Tim SAR Gabungan Temukan Pendaki Meninggal
--
Dari data statistik PVMBG diketahui selama ini tidak terdapat dampak sama sekali dari letusan Gunung Marapi di radius lebih dari 3 kilometer. Yang terkena dampak letusan selalu berada di dalam radius 3 kilometer. ”Begitu karakter dari Gunung Marapi,” jelasnya.
Karakter lainnya dari erupsi Gunung Marapi didominasi aliran lava dan jatuhan material. Sangat sedikit terjadi awan panas. ”Secara visual kawah Gunung Marapi ini tidak terlihat ada apa-apa. Secara kegempaan terjadi sebulan sekali. Inilah yang menjadi dasar dari status waspada,” urainya.
Dia mengatakan dari data PVMBG diketahui sejak 2011 hingga 2018 terjadi lima kali erupsi. Erupsi itu terjadi pada 2011, 2012, 2014, 2017, dan 2018. Baru kemudian terjadi jeda sekitar empat tahun dan erupsi kembali Desember 2023.
”Saat tidak meletus itu bukannya aman, malah tidak aman. karena bersifat akumulasi menjadi lebih kuat erupsinya. Akumulasi gas di dasar kawah,” paparnya.
Ahli Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Eko Teguh menyampaikan, dalam status waspada KRB III atau kawasan yang sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava atau lontaran vulkanik direkomendasikan masyarakat tidak beraktivitas di sana.
”Artinya pendakian di radius 3 kilometer tidak dibenarkan,” jelasnya. Karena itu, lanjutnya, memang dapat dipastikan terjadi pelanggaran standar operasional prosedur (SOP). Pelanggaran itu bukan hanya dilakukan masyarakat yang naik ke radius 3 kilometer, tapi juga dilakukan oleh para pihak yang tidak memberikan informasi.
”Instansi terkait,” terangnya. Dia mengatakan, seharusnya instansi terkait mengingatkan dan memberitahukan saat pembelian tiket. Bahwa dilarang untuk mendaki hingga radius 3 kilometer dari puncak kawah. ”Ini yang seharusnya dilakukan,” paparnya. (rf/nt/)