Perburuan Masih Terjadi
Harimau Sumatera--
Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Lahat, Yusmono, mengungkapkan, populasi harimau sumatera masih terpantau di sejumlah wilayah. Seperti di kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), wilayah Muratara berbatasan dengan Bengkulu. Lalu, kawasan hutan Reki di Muba berbatasan wilayah Mura dan Jambi. Kemudian, hutan perba-tasan wilayah OKU Selatan dengan Lampung.
BACA JUGA:Belum Ada Jadwal Kampanye Akbar
Meski BKSDA tidak memiliki data akurat, namun kecenderungan tiap tahun jumlah harimau sumatera alami penurunan. Selain karena perburuan, faktor lain yakni pola hidup harimau sumatera itu sendiri. Dalam setahun, hanya bisa berkembang biak 2-3 ekor. Setelah lahir, induk harimau sumatera akan meninggalkan anak-anaknya bertahan sendirian hidup di dalam hutan.
Tentu saja tingkat kematiannya tinggi. “Karena itu, harimau sumatera masuk satwa dilindungi dan terancam punah,” tambahnya. Pihaknya meyakini aksi perburuan harimau sumatera hingga saat ini masih terus terjadi. Dilakukan sembunyi-sembunyi. Mengingat nilai ekonomi harimau sumatera cukup tinggi.
“Mulai dari kulit, taring, kuku, sampai kumis harimau sumatera itu nilai jualnya tinggi. Sering kita lihat di rumah oknum pejabat atau orang-orang tertentu, harimau sumatera offset untuk gagah-gagahan,” tutur Yusmono.
Dari hasil dari survei yang dilakukan Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS) dan Fauna & Flora Internasional (FFI) sejak 2005 hingga 2021 menggunakan camera trap, terlacak 93 ekor harimau sumatera di kawasan TNKS. Pihaknya mengimbau kepada masyarakat agar tidak lagi melakukan perburuan harimau. Jika terus dilakukan, bukan tidak mungkin satwa liar khas Sumatera ini akan benar-benar punah. (zul)