Sering Ikut Lomba Nyanyi, Terketuk Hati Beralih Jadi Qariah
BERPRESTASI: Qoriah berprestasi, Andini Putri Melati. Kendati penyandang disabilitas tuna netra tak menyurutkannya berprestasi.-foto : agustina/sumeks-
Mengenal Andini Putri, Disabilitas Tuna Netra Juara MTQ Nasional
SUMATERAEKSPRES.ID - Sosok santun dan rendah hati Andini Putri Melati (18) dapat menjadi inspirasi anak muda. Di tengah keterbatasan sebagai tuna netra sejak kecil, ia tetap mampu berprestasi dan membuktikan diri bahwa keterbatasan bukan halangan untuk maju dan menggapai cita-cita.
Agustina Saridewi - PALEMBANG
AWALNYA siswi kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Palembang ini sejak kecil belum tertarik menjadi seorang qariah tapi lebih kepada menyanyi dan ikut-ikut kontes menyanyi tingkat madya (kota) hingga nasional.
Barulah pada tahun 2020, anak pasangan Devi Hariani dan Ruslan Effendy ini terketuk hati menjadi seorang Qariah (pembaca Al-Quran dengan irama). Ia beralih karena ingat pesan temannya kenapa dengan suaranya yang merdu ia tak menjadi Qariah saja, daripada menjadi penyanyi dan ikut lomba-lomba nyanyi.
"Motivasi itu membuat saya pun akhirnya beralih belajar dan ikut MTQ. Karena waktu itu teman-teman banyak bilang ngapain ikut lomba nyanyi. Sebab Allah kelak tidak menanyakan sampai mana prestasi menyanyi, lagu apa yang dihapal," ungkapnya.
Dari ucapan teman-teman itu mengarahkannya untuk tidak hanya mengejar prestasi semata. Akhirnya setelah beberapa waktu, Andini terketuk hati belajar tilawah berirama. “Tak lama saya pun mulai latihan belajar MTQ, memang terbilang cukup singkat sampai kemudian mengikuti berbagai kompetisinya,” terangnya.
Kendari demikian, prestasi Andini sudah terbilang mentereng. Dalam gelaran MTQ, ia bahkan langsung menyabet juara saat pertama kali ikut lomba MTQ tingkat nasional. "Tahun 2020 itu pertama ikut MTQ FSL2N dan Alhamdulillah langsung juara Harapan 2 Nasional," jelasnya. Kemudian semapt menag juara 1 MTQ Provinsi di Banyuasin dan juara 2 MTQ nasional yang diselenggarakan RRI di Kendari.
Diakuinya, lomba nyanyi ia ikuti sejak umur 7 tahun atau 2012 hingga 2020, kemudian di 2020 beralih ikut lomba MTQ. "Saat lomba nyanyi selalu masuk final, tapi tidak pernah juara," tambahnya. Diakuinya, belajar MTQ pertama kali memang sulit, karena menghapal irama-irama dalam tilawah. Tapi kalau dilakukan dengan tekun dan penuh keihlasan akan terasa mudah.
"Belajar tilawah baru bagi saya saat mau ikut lomba di tahun 2020 itu, latihan juga cuma 2 kali," ujarnya. Meski dirasa sulit-sulit mudah dalam menempuh perjuangan menjadi Qariah, tapi berkat dukungan ayah dan ibu, ia dapat menjalaninya. "Alasan dan motivasi memilih MTQ sebagai jalan hidup, karena ingin memberikan mahkota pada kedua orang tua. Ini juga menjadi semangat saya," katanya.
Target ke depan, untuk MTQ ia ingin menjadi Qariah internasional, tapi yang paling utama mendapatkan amal jariyah dari sini. "Melalui MTQ ini saya ingin nantinya dapat menjadi pengajar kepada generasi lebih muda, Anak-anak kecil dengan begitu insyaallah ingin dapat amal jariyah dari sana. kalau sekadar juara saja cuma untuk di dunia saja, kalau amal jariyah tidak akan pernah terputus," kata anak bungsu dari dua bersaudara ini.
Diakui kondisi fisiknya yang ada keterbatasan, waktu kecil juga sempat di-bully, seperti dijauhi atau tidak diajak berteman. Tapi sekarang dirinya sudah dapat mengikhlaskan jika masih ada yang berbuat seperti itu. "Mungkin kalau ada yang bilang bully mau transfer pahala," tukas gadis yang bercita-cita jadi ustazah ini.
Ia berpesan bagi yang memiliki kondisi seperti dirinya atau bahkan lebih untuk tidak pantang menyerah. "Orang mau bilang apapaun tentang diri kita, tidak usah dibalas. Kita harus buktikan pada dunia meski dengan kondisi apapun tetap bekarya. Kalau mau jadi MTQ jangan pantang menyerah belajar tilawah," pungkas nya. (tin/fad)