Mulai Ditinggalkan, Padahal Lebih Pulen dan Harum

VARIETAS UNGGUL: Varietas padi Dayang Rindu makin sedikit ditanam petani. Padahal jenis ini tahan dalam kondisi minim air, lebih pulen dan harum. Bahkan untuk Dayang Muratan 1 dan 4 produksinya 8-9 ton/hektare. -FOTO: IST-

Dayang Rindu, Varietas Padi Lokal Kualitas Premium yang Tahan Kering 

Dalam kondisi kemarau, dimana air tak lagi banyak tersedia, petani harusnya tetap bisa menanam. Ada jenis padi yang tahan dengan minimnya curah hujan. Padi Dayang Rindu,  varietas lokal yang dikembangkan di Musi Rawas. Kualitas beras yang dihasilkan setara beras premium. 

Jenis padi ini biasanya ditanam di ladang. Ada yang menyebutnya padi humo (padi ladang, red). Dulu banyak petani menanam padi ini. Terutama mereka yang tak punya lahan persawahan. Warga buka lahan, lalu membakarnya dan setelah itu ditanami padi Dayang Rindu ini.

 Cirinya sangat mudah dikenali. Tinggi batangnya bisa mencapai 1,5 meter. Butiran padinya  besar, padat dan berisi. “Aroma nasinya lebih wangi, pulen,” kata Hendar, warga Kecamatan Rupit, Muratara. Padi Dayang Rindu ini awalnya hanya dianggap masyarakat sebagai tanaman selingan di awal tahun saat membuka lahan. 

Kemudian dikembangkan Pemkab Musi Rawas dan Muratara bekerja sama dengan Badan Teknologi Atom Nuklir (Batan).  Harapan awalnya, jadi solusi agar padi bisa dikembangkan di segala tempat.

Dengan karakteristik dan kualitasnya, varietas padi ini seharusnya bisa dikembangkan ketika sumber-sumber air tak banyak lagi.  "Tapi sekarang sudah jarang  yang menanam padi Dayang Rindu ini. Selain sudah dapat bibitnya, jarang ada yang jual," katanya.

Varietas ini kalah bersaing dengan  padi sawah. Para petani sudah banyak meninggalkan padi Dayang Rindu. Salah satunya karena masa panen padi ini lebih lama dengan padi irigasi. “Kalau padi biasa yang dapat pengairan panen dalam 3-4 bulan.Kalau padi Dayang Rindu bisa 7-8 bulan baru panen,” bebernya.

Pemkab Musi Rawas bekerja sama dengan Batan untuk mengembangkan padi ini. Dengan batang yang jauh lebih tinggi dari padi biasa, jenis padi Dayang Rindu mudah rebah. Umurnya mencapai 150 hari. Produksi 3-4 ton gabah kering giling (GKG) per hektare. Lalu, Pemkab Musi Rawas bekerja sama dengan Universitas Musi Rawas dan Batan melakukan perbaikan varietas Dayang Rindu ini dengan menggunakan teknologi pemuliaan mutasi iradiasi.

Tujuannya mendapatkan varietas yang lebih genjah, batang lebih pendek sehingga tidak mudah rebah dan produktivitas lebih tinggi, tapi dengan rasa nasi dan aroma tetap sama seperti varietas Dayang Rindu asli. 

Akhirnya, dihasilkan varietas unggul lokal padi Dayang Muratan 1 dan Dayang Muratan 4 sudah ditandatangani oleh Menteri Pertanian (Mentan) RI surat keputusan (SK) pelepasannya.

Kelebihan dua varietas ini yaitu rata-rata tinggi batangnya 137-147 cm, rata-rata umur panen 121 hari, dan rata-rata produksi mencapai 8-9 ton gabah kering giling per hektare.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Muratara, Ade Mairi mengatakan, untuk pengembangan varietas padi Dayang Rindu ini, Pemkab Muratara memang sempat bekerja sama dengan Batan.

"Tapi sekarang sudah jarang dikembangkan warga karena panennya lambat, bisa dua kali lipat lamanya dari masa panen padi biasa," bebernya.

Pihaknya berharap, masyarakat terus melestarikan tanaman dengan varietas lokal, aehingga ke depan bisa menjadi ikon pertanian di Kabupaten Muratara. Pemkab Muratara sekarang meluncurkan program pertanian terbaru. Yakni program paket lengkap. Yakni dengan membantu masyarakat membuka lahan gunakan alat berat, penganggaran operasional, hingga distribusi hasil pertanian. (*zul/lid/)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan